Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Buruh Tani Tuntut Perbaikan Kesejahteraan Yang Memburuk

Serikat Petani Indonesia menuntut pemerintah agar memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan buruh tani yang kondisinya semakin buruk.
Buruh tani mengangkat daun tembakau hasil panen di Bolon, Colomadu, Karangayar, Jawa Tengah, Senin (4/9)./ANTARA-Mohammad Ayudha
Buruh tani mengangkat daun tembakau hasil panen di Bolon, Colomadu, Karangayar, Jawa Tengah, Senin (4/9)./ANTARA-Mohammad Ayudha

Bisnis.com,JAKARTA -- Serikat Petani Indonesia menuntut pemerintah agar memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan buruh tani yang kondisinya semakin buruk.

Ketua Umum Serikat Pekerja Indonesia (SPI) Henry Saragih menyampaikan saat ini kondisi kehidupan buruh tani semakin buruk. Dalam hal pangan misalnya, buruh menjadi pihak yang paling rentan dalam sistem pangan dunia.

“Fluktuasi pasar berikut harga pangan yang tinggi akibat dari mekanisme pasar bebas telah membuat para buruh kesulitan untuk memenuhi pangan pada dirinya dan keluarganya,” katanya, Selasa (1/5/2018).

Dia melanjutkan, model pembangunan pertanian dan pedesaan yang berorientasi ekspor telah menggusur keluarga petani dari dunia pertanian.

“Petani migrasi dari desa ke kota, atau keluar negeri menjadi buruh. Keluarga petani telah tergusur oleh korporatisasi pertanian dan pedesaan," tuturnya.

Hal itu, tuturnya, dapat dilihat dari menurutnya jumlah keluarga petani sebanyak 5,04 juta keluarga tani dari 31,17 juta keluarga pada 2003 menjadi 26,13 juta keluarga pada 2013. Artinya jumlah keluarga tani susut rata-rata 500.000 rumah tangga per tahun dan berkembangnya korporasi-korporasi pertanian.

“Jadi kondisi sekarang bukannya mengakhiri sistem pertanian perkebunan yang diwarisi sejak jaman kolonial, namun justru meneruskan sistem yang tak berprikemanusiaan tersebut,” sambungnya.

Henry melanjutkan, upaya-upaya yang dilakukan pemerintah sekarang belum menunjukkan suatu kemajuan yang berarti. Reforma agraria yang tujuannya menegakkan keadilan agraria belum terwujud.

Menurutnya, rencana distribusi tanah melalui reforma agraria membagikan tanah 9 juta hektare dan 12,7 juta hektare areal kehutanan belum berjalan. Sebaliknya sistem pertanian yang membuat petani semakin termarginalkan terus saja berlangsung.

“Karena itu di Hari Buruh Internasional ini kami dari SPI menyerukan kepada pemerintah untuk menghentikan segala bentuk sistem kerja yang melanggengkan penghisapan pada buruh; segera mengakhiri sistem pertanian perburuhan, bangun pertanian yang diurus oleh keluarga petani. Petani harus menjadi tuan di atas tanahnya bukan menjadi buruh kuli,” imbuhnya.

Henry menambahkan, SPI juga menyerukan pemerintah untuk segera melaksanakan reforma agraria memastikan orang-orang yang tak bertanah atau buruh-buruh pertanian dan perkebunan menjadi petani.

Pemerintah, lanjutnya, juga harus membangun sistem pertanian agroekologis yang mencegah terjadinya perburuhan dan membangun kedaulatan pangan membangun koperasi-koperasi pertanian bukan korporasi pertanian, serta meninjau kembali atau keluar dari segala bentuk perjanjian liberalisasi perdagangan dan investasi yang melanggengkan penindasan perburuhan dan kaum tani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper