Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilgub Jabar 2018: Deddy Mizwar Mulai Dekati Ridwan Kamil

Semakin mendekati hari pencoblosan, kontestasi mencari orang nomor satu di Jawa Barat kian menegangkan.
Calon Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan keterangan kepada awak media mengenai pencabutan dukungan Partai Golkar, di Pendopo Wali Kota, Bandung, Jawa Barat, Senin (18/12)./ANTARA-Raisan Al Farisi
Calon Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan keterangan kepada awak media mengenai pencabutan dukungan Partai Golkar, di Pendopo Wali Kota, Bandung, Jawa Barat, Senin (18/12)./ANTARA-Raisan Al Farisi

, JAKARTA — Semakin mendekati hari pencoblosan, kontestasi mencari orang nomor satu di Jawa Barat kian menegangkan.

Raja berbagai survei, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, bukannya tambah berlari kencang malahan kini semakin didekati lawan. Setidaknya itulah kondisi terkini versi survei Indo Barometer Maret 2018. Ridwan-Uu tetap memimpin dengan elektabilitas sebesar 36,7%, lalu Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi 31,3%, Sudrajat-Ahmad Syaikhu 5,4%, dan Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan 3,4%.

Bandingkan dengan klasemen survei Januari 2018 kala elektabilitas Ridwan-Uu 44,8%, Deddy-Dedi 27,8%, Hasanuddin-Anton 1,0%, dan Sudrajat-Syaikhu 0,9%. Artinya, tingkat keterpilihan Ridwan-Uu merembes turun, sementara kompetitornya pelan-pelan merangkak naik.

Ketua DPD Partai Demokrat Jabar, parpol pengusung Deddy-Dedi, Irfan Suryanagara tidak pernah berpikir bahwa penurunan Ridwan-Uu bisa sedrastis itu. Menurut dia, penggerus utama suara pasangan berslogan RINDU itu adalah Hasanuddin-Anton dan Sudrajat-Syaikhu.

“Kira-kira kalau kenaikan dua pasangan itu digabungkan sama dengan turunnya suara Ridwan-Uu,” ujarnya di Jakarta, Kamis (19/4/2018).

Sementara itu, kenaikan suara Deddy-Dedi yang berjuluk Duo DM ditopang oleh sang Cawagub yakni Dedi Mulyadi. Ketika popularitas Deddy Mizwar sudah mentok, Bupati Purwakarta dianggap semakin populer yang berimbas pada elektabilitas keduanya.

Optimisme juga membuncah di tim pemenangan pasangan Hasanuddin-Anton. Menurut Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Sukur Nababan, jagoannya itu bersinar berkat kerja mesin partai yang tertancap hingga tingkat rukun warga (RW). Jangan lupa, kata dia, ada 4,2 juta warga Jabar pencoblos partainya saat Pileg 2014 yang dapat digaet Hasanuddin-Anton.

Pada 27 Juni 2018, dia pun optimistis pasangan HASANAH dapat meraup suara hingga 6,5 juta atau mendapatkan tambahan 2,3 juta suara dari 4 tahun lalu. Dari 32 juta warga Jabar yang masuk daftar pemilih tetap (DPT) pilkada tahun ini, diprediksi 80% akan menggunakan hak pilihnya atau sekitar 25 juta orang.

“Kami akan lebih bekerja keras lagi. Memang pencalonan Hasanuddin-Anton baru 2 hari sebelum penetapan di KPU. Tidak seperti pasangan lain,” ujarnya.

Strategi kemenangan juga terus dimatangkan tim Sudrajat-Syaikhu. Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Ferry Juliantono mengatakan tim kampanye akan fokus menggenjot popularitas jagoannya yang saat ini masih berada di angka 30% menjadi 50%-60% menjelang pencoblosan. Tingkat pengenalan sebesar itu diklaim terkonversi menjadi 30% suara.

Andalan tim kampanye pasangan berjargon ASYIK itu adalah struktur partai pengusung yakni Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera yang kuat di Jabar. Gerindra akan memaksimalkan figur pemenang Pilres 2014 di Jabar, Prabowo Subianto, sementara PKS menghidupkan kekuatan seperti dua pilkada Jabar sebelumnya.

“Kemungkinan akan terjadi pertarungan ketat dengan konfigurasi berimbang,” ujar Ferry.

Tiga pasangan tersebut semakin percaya dengan fenomena unik di Jabar saat kontestasi 2008 dan 2013. Bahwa kandidat yang merajai survei pada akhirnya menjadi pecundang saat pemilihan.

Pada 2008, Ahmad Heryawan-Dede Yusuf menang meskipun pemuncak survei adalah pasangan Agum Gumelar-Nu’man Abdul Hakim dan Danny Setiawan-Iwan Sulandjana. Lima tahun berselang, pasangan paling populer di jajak pendapat adalah Dede Yusuf-Lex Laksamana, tetapi lagi-lagi Ahmad Heryaman merebut suara terbanyak bersama tandemnya, Deddy Mizwar.

Tentu saja, pendukung Ridwan-Uu ingin membalikkan fenomena tersebut. Ervan Maksum, Anggota Tim Pemenangan RINDU, mengaku telah memetakan kelemahan dari duet Wali Kota Bandung-Bupati Tasikmalaya plus cara mengatasinya.

Ridwan Kamil dianggap sangat kuat di masyarakat perkotaan dan generasi muda, tetapi kalah pamor dari Duo DM di wilayah rural. Titik lemah lainnya adalah di kalangan ibu rumah tangga dan pensiunan serta masyarakat berpenghasilan rendah.

“Jadi jelas sekali strateginya. Bagi kami efek naik-turun biasa. Namanya sugesti boleh-boleh saja,” ujarnya.

Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari pun mengatakan kontestasi Pilgub Jabar 2018 semakin menarik dan tidak bisa diprediksi. Jika mengacu pada survei terakhir, Ridwan-Uu bisa menang asalkan selama 2 bulan mendatang sanggup mempertahankan raihan suara.

Sebaliknya, bila tren suara RINDU terus menurun maka Deddy-Dedi semakin berpeluang memimpin Jabar dengan cara mendongkrak sedikit suaranya. Tapi, kata Qodari, skenario ketiga pun tetap terbuka yakni kemenangan pasangan Sudrajat-Syaikhu atau Hasanuddin-Anton.

"Masih ada 23,3% warga Jabar yang belum menentukan pilihan," kata Qodari.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper