Kabar24.com, JAKARTA - Pemerintah Inggris akan mengusir 23 diplomat Rusia sebagai pembalasan atas serangan gas saraf terhadap mantan agen asal Rusia di wilayah Inggris.
Saat mengumumkan keputusan tersebut di parlemen kemarin waktu setempat, Perdana Menteri Theresa May mengatakan bahwa 23 diplomat bersangkutan sudah harus meninggalkan Inggris dalam waktu satu minggu.
Para diplomat diidentifikasi sebagai 'aparat intelijen' yang tidak dinyatakan secara resmi, ujar May sebagaimana dikutip BBC.com, Kamis (15/3/2018).
Mantan mata-mata Sergei Skripal, yang berusia 66 tahun, dan putrinya, Yulia, 33 tahun, masih berada dalam kondisi kritis setelah ditemukan tidak berdaya di sebuah bangku di Salisbury, 4 Maret lalu.
Rusia membantah terlibat dalam upaya pembunuhan Skripal dan Kedutaan Besar Rusia di London menyatakan pengusiran 23 diplomat 'tidak bisa diterima, tidak bisa dibenarkan, dan berpikiran pendek'.
Pemerintah Moskow menolak memenuhi batas waktu yang ditetapkan PM May untuk bekerja sama dalam membongkar kasus tersebut.
Akibatnya Inggris mengambil sejumlah langkah dengan tujuan untuk menyampaikan 'pesan yang jelas' kepada Rusia.
Baca Juga
Langkah yang diumumkan PM May antara lain mencakup pengetatan pemeriksaan atas penerbangan pribadi, cukai, dan barang.
Begitu juga dengan pembekuan aset-aset negara Rusia, jika ada bukti mungkin digunakan untuk mengancam kehidupan maupun properti warga Inggris atau penduduk yang tinggal di Inggris.
Selain itu, Inggris memutuskan bahwa menteri dan keluarga kerajaan memboikot Piala Dunia 2018 yang digelar di Rusia pada musim panas mendatang. Sedangkan semua rencana pertemuan bilateral tingkat tinggi antara Inggris dan Rusia juga ditunda.
Kepada anggota parlemen, PM May mengatakan bahwa Rusia 'tidak memberi penjelasan' tentang bagaimana gas saraf masuk dan digunakan di Inggris dengan menyebut tanggapan Rusia sebagai 'sarkasme, penghinaan, dan penentangan'.
Dia menambahkan bahwa penggunaan gas saraf buatan Rusia di wilayah Inggris tergolong 'peggunaan kekuatan yang melanggar hukum'.
Setelah mendapat penjelasan dari para pimpinan intelijen di kantornya, Downing Street, PM May menyebutkan 'tidak ada kesimpulan selain negara Rusia bersalah' dalam upaya pembunuhan Skripal dan putrinya.