Bisnis.com, JAKARTA -- Ribuan murid sekolah di AS memenuhi jalanan dan melakukan protes terhadap aksi kekerasan bersenjata yang marak terjadi di negara itu.
Aksi ini dilakukan tepat sebulan setelah peristiwa penembakan di SMA Marjory Stoneman Douglas, Florida yang terjadi pada 14 Februari 2018. Tidak hanya digelar oleh para murid Marjory Stoneman, aksi protes tersebut diikuti oleh siswa siswi di seantero AS.
The New York Times melaporkan Rabu (14/3/2018) waktu setempat, murid-murid di New York City, Chicago, Atlanta, Santa Monica dan kota-kota lainnya menggelar aksi turun ke jalan. Mereka menyampaikan protes kepada pemerintah mengenai longgarnya izin kepemilikan senjata dan transaksi jual beli senjata api.
Para murid meneriakkan slogan seperti "Kami ingin perubahan" dan "Tidak ada lagi kebisuan". Dengan menggunakan tagar #ENOUGH, mereka tidak hanya turun ke jalan tapi juga memviralkan gerakan ini di media sosial.
Aksi yang disebut sebagai National School Walkout itu masing-masing berjalan sekitar 17 menit, sebagai simbol tewasnya 17 murid dan staf di Marjory Stoneman akibat penembakan yang dilakukan Nikolas Cruz.
Reuters melansir, sebagian sekolah mendukung penuh aksi tersebut sedangkan sebagian lainnya mengancam bakal memberikan sanksi kepada siswa yang keluar dari kelas.
Peristiwa di Marjory Stoneman sebulan lalu memicu gelombang protes terhadap kebijakan senjata api AS yang dipimpin para murid usia SMA. Para pembuat kebijakan di negara bagian Florida pun akhirnya meloloskan regulasi perubahan batas umur bagi pembeli senjata api pada awal bulan ini.
Batas umur minimal dinaikkan dari 18 tahun menjadi 21 tahun dan diberlakukan pula masa tunggu selama tiga hari bagi calon pembeli sebelum bisa mendapatkan senjata terkait. Namun, hal yang sama belum terjadi di level nasional.
Aksi penembakan di sekolah cukup sering terjadi di Negeri Paman Sam. Penembakan di SMA Columbine, Colorado pada 1999 menandai dimulainya era aksi penembakan di sekolah.
Bahkan, pada 2012 terjadi penembakan di SD Sandy Hook di negara bagian Connecticut. Peristiwa itu menewaskan 27 orang, termasuk 20 murid berusia 6-7 tahun.