Bisnis.com, JAKARTA - Lebih dari 10.000 warga sipil Afganistan tewas dan terluka dalam berbagai aksi kekerasan sepanjang 2017.
Secara keseluruhan, korban tewas dari warga sipil mencapai 3.438 orang dan 7.015 lainnya mengalami luka-luka pada 2017. Meski angka tersebut sangat besar, tapi jumlahnya 9% lebih rendah dibandingkan 2016.
PBB menyatakan sebagian besar korban disebabkan oleh bom militan. Sementara itu, serangan udara yang dilakukan tentara pemerintah maupun pasukan asing lain mencakup 6% dari total korban, di mana 295 orang tewas dan 336 terluka.
"Serangan yang dilakukan kelompok anti pemerintah yang sengaja menyasar warga sipil mencapai 27%, mayoritas dalam bentuk bom bunuh diri dan serangan yang lebih kompleks," papar Komisioner Tinggi HAM PBB Zeid Ra'ad al Hussein, seperti dilansir Reuters, Kamis (15/2/2018).
Dari jumlah tersebut, sebanyak 359 orang di antaranya perempuan, naik 5% dari angka 2016, dan 865 luka-luka.
Serangan terburuk berlangsung pada 31 Mei 2017 ketika serangan bunuh diri dilakukan dengan meledakkan truk berisi bom. Ledakan yang terjadi membunuh 92 orang dan melukai 491 lainnya.
"Warga sipil Afganistan terbunuh ketika melakukan kegiatan sehari-hari seperti bepergian dengan bus, berdoa di masjid, atau bahkan ketika berjalan kaki melewati gedung yang menjadi target serangan," lanjutnya.
Hussein menyatakan serangan-serangan itu bisa dianggap sebagai pelanggaran kemanusiaan atau bahkan kejahatan perang. Dia menegaskan pelakunya mesti ditangkap dan dimintai pertanggungjawaban.