Kabar24.com, JAKARTA - Bank Sentral Jepang menyatakan pihaknya tidak akan terburu-buru untuk menarik program stimulus moneternya.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda di depan parlemen Jepang.
"Sangat penting bagi kami untuk mencapai target inflasi 2%. Di sisi lain, inflasi Jepang masih jauh dari target kita, jadi kita perlu terus-menerus melanjutkan pelonggaran moneter," ujar Kuroda, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (5/2/2018).
Dia mengakui bahwa kebijakan moneter yang longgar telah memberikan tekanan yang besar bagi perbankan nasional.
Namun dia menjanjikan akan memberikan solusi yang akan membantu sektor yang telah terlanjur tertekan bisnisnya karena menuanya populasi penduduk produktif Jepang.
Kuroda pun menjamin bahwa otoritasnya tidak akan terpengaruh oleh langkah bank sentral negara maju lain yang sedang melakukan pengetatan moneter atau menarik kebijakan moneter ultra longgarnya.
Seperti diketahui, saat ini Bank Sentral AS (The Fed) telah berada di jalur pengetatan moneter, sementara itu Bank Sentral Eropa (ECB) tengah mengambil ancang-ancang untuk mencabut stimulus moneternya.
Adapun indikasi penguatan ekonomi Jepang salah satunya datang dari sisi ekspor negara tersebut. Kementerian Keuangan Jepang dalam keterangan resminya melaporkan eskpor nasional naik 9,3% pada Desember secara year on year (yoy). Kendati di bawah perkiraan para ekonom dengan 10,1%, kenaikan tersebut menjadi yang ke 13 secara berturut-turut.
Dengan nilai, ekspor mencapai 7,3 triliun yen (US$66,27 miliar) pada Desember, jumlah tersebut menjadi yang terbesar sejak September 2008 ketika krisis keuangan global terjadi.