Kabar24.com, DENPASAR—Bali dihadapkan dengan berbagai tantangan berat untuk mewujudkan target inflasi kisaran 3%-4% pada akhir 2018.
Kepala Kantor Perwakilan BI Bali Causa Iman Karana mengatakan penyelenggaraan ajang IMF & World Bank pada Oktober 2018 di satu sisi akan meningkatkan permintaan tapi di sisi lain berpotensi menggerus pasokan.
Jika permintaan dan pasokan tidak berjalan seimbang, maka harga barang berpotensi naik dan menyebabkan inflasi terpicu naik.
Tantangan cukup berat terutama IMF & World Bank Annual Meeting maka demand pasti naik belum lagi faktor cuaca dan listrik. Tapi TPID Bali punya tim yang kuat untuk menjaga inflasi,” jelasnya, Jumat (12/1/2018).
Diakuinya potensi inflasi naik sangat tinggi karena ajang tahunan ini akan mendatangkan sekitar 15.000 orang delegasi dari seluruh dunia.
Dengan berkumpul di Bali, maka kebutuhan makan minum delegasi itu harus tercukupi. Causa menuturkan salah satu keuntungan Bali adalah akses distribusi pasokan makanan yang lancar, khususnys dari NTB dan Jawa Timur.
Baca Juga
Dengan kelancaran distribusi, kebutuhan logistik akan lebih mudah dipenuhi apabila pasokan dari Bali tidak mencukupi.
Inflasi di Pulau Dewata selama ini lebih disebabkan oleh volatile food salah satunya seperti terjadi pada akhir tahun lalu adalah kenaikan harga beras yang sudah menjadi isu nasional.
Selain itu, tentu saja administrator price seperti tarif listrik dan cukai tembakau yang mempengaruhi harga rokok.
“Makanya dengan tim solid kami yakin IMF & World Bank Annual Meeting akan positif bagi pertumbuhan ekonomi tetapi inflasinya tetap terjaga,” jelasnya.