Kabar24.com, SEMARANG - Yayasan Peduli Anak Cacad (YPAC) Kota Semarang belum memiliki data spesifik tentang jumlah kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus (ABK).
Minimnya tingkat pelaporan kasus oleh orang tua ABK membuat pihak yayasan tidak bisa melakukan penghitungan secara menyeluruh.
"Ada pola pandang yang berbeda, kebanyakan orang tua yang memiliki ABK itu tertutup. Rata-rata ortu itu tidak mau atau malu melapor ketika ada kasus seperti itu. Data dari kepolisian atau Komisi Anak itu jarang dan hanya sebatas anak hilang," ujar Ketua YPAC Kota Semarang Nur Sholikhin, Selasa (19/12/2017).
Dengan adanya permasalahan tersebut, Sholikhin meminta orang tua anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak malu melaporkan kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang terjadi pada putra-putri mereka.
Ajakan ini Sholikhin sampaikan melihat kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang Ia nilai sebenarnya masih marak menimpa ABK. Rasa pasrah yang dimiliki orang tua ABK, menurutnya, justru akan membuat kasus semakin tidak terendus maupun terekspos.
"Padahal ancaman-ancaman di luar sana terkait kekerasan seksual itu tidak hanya pemerkosaan. Tapi memandang sebelah, memegang (bagian tubuh tertentu), melihat-lihat. Ada faktor-faktor yang membuat ancaman itu menjadi serius," ujarnya.
Dengan adanya hal tersebut, Sholikhin melalui acara seminar rutin yang diselenggarakan YPAC, berupaya untuk terus memberikan wawasan kepada orang tua terkait kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang terjadi pada ABK.
Dengan turut menggandeng pihak dari Dinas Pendidikan setempat, Ia berharap akan ada tindak lanjut yang lebih nyata dalam menekan terjadinya kasus itu baik di lingkup keluarga maupun sekolah. "Orang tua diharapkan mampu berkomunikasi lebih baik. Menyampaikan bentuk-bentuk ancaman kepada anak, sehingga kasus bisa dicegah," imbuh Solikhin.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bunyamin menanggapi positif ajakan kerjasama sinergitas ini. Ia pun turut menghimbau para orang tua untuk ikhlas dalam membimbing anak-anak mereka.
"Sebagai orang tua harus ikhlas dan senang. Kalau senang itu kita bisa berkomunikasi dengan anak itu nyaman. Kalau komunikasi berjalan baik, pesan-pesan bisa tersampaikan," tandasnya.