Kabar24.com, JAKARTA – Malaysia siap mengirimkan pasukan militer ke Yerusalem menyusul pengakuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas kota tersebut sebagai ibu kota Israel.
“Kami siap menerima perintah dari Panglima Angkatan Bersenjata jika kami dibutuhkan,” tegas Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein dalam sebuah pidato akhir pekan lalu, seperti dilaporkan The Malay Mail Online.
Negara berpenduduk mayoritas Muslim tersebut telah lama mendukung upaya Palestina untuk merdeka dari Israel, suatu perjuangan yang telah berlangsung puluhan tahun dan menjadi elemen penting dalam politik Timur Tengah.
“Kami terkejut mendengar berita mengkhawatirkan yang akan memengaruhi stabilitas geopolitik global tersebut,” tutur Hussein, dikutip dari laman CNBC, Senin (11/12/2017).
Dalam pidatonya di Gedung Putih pada Rabu (6/12) waktu setempat, Trump mengumumkan saatnya untuk secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan bahwa AS akan memulai proses pemindahan kedutaan besarnya ke kota tersebut.
Langkah Trump ini dikhawatirkan dapat memicu kekerasan baru sekaligus mengubur harapan penyelesaian konflik antara Israel dan Palestina. Sejumlah pemimpin dunia serta merta mengecam keputusan Trump.
Mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel penuh dengan implikasi agama dan politik karena sektor timur kota tersebut, tempat beberapa situs kuno tersuci dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam, juga diklaim oleh warga Palestina sebagai ibu kota negara di masa depan.
Masyarakat internasional menganggap sektor timur Yerusalem sebagai wilayah yang diduduki dan berpendapat bahwa status terakhir Yerusalem harus dinegosiasikan, tidak diumumkan secara sepihak.
Walau memancing kecaman dunia, Presiden AS Donald Trump menegaskan pentingnya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Aksi protes yang disertai kekerasan pun menjalar di seluruh dunia, utamanya di wilayah Palestina, Yerusalem, dan Beirut. Pada Minggu (10/12) waktu setempat, seorang warga Palestina dikabarkan menikam seorang pertugas keamananan di Yerusalem.
Meski menentang keputusan Trump, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan bahwa hal tersebut tidak mempengaruhi hubungan bilateral, seperti dikabarkan surat kabar lokal The Star pada hari Minggu. Tindakan Trump namun dinyatakan dapat mempersulit perdamaian antara Israel dan Palestina.