Kabar24.com, JAKARTA - Delegasi Indonesia mengangkat isu forum negara kepulauan dan negara pulau pada hari ketiga konferensi negara-negara anggota Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCCC) di Bonn, Jerman.
Deputi Bidang Kedaulatan Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman Arif Havas Oegroseno yang menjadi salah satu pembicara dalam forum tersebut menegaskan pentingnya forum itu untuk menjadi katalisator bagi pembentukan kerja sama antarnegara kepulauan dan negara pulau dalam mengatasi efek perubahan iklim.
"Pemerintah ingin forum ini dapat menjadi suatu platform kerjasama, saling tukar pengalaman dan informasi serta memberikan pelatihan adaptasi dan mitigasi dampak perubahan cuaca di berbagai negara pulau," tuturnya melalui siaran pers pada Minggu (12/11/2017).
Menurutnya, pemerintah memandang isu tentang peningkatan kapasitas dan mitigasi bencana akibat perubahan iklim bagi negara kepulauan dan negara pulau mendesak untuk dilakukan.
Forum tersebut menghadirkan empat pembicara dari Indonesia, Fiji, Maladewa, dan United Nations Development Programm (UNDP). Sekitar 50 perwakilan dari negara-negara pulau dari seluruh dunia datang dalam acara tersebut.
Lebih lanjut, Havas menuturkan bahwa urgensi penyelenggaraan forum itu dilandasi oleh suatu kenyataan bahwa negara-negara pulau memiliki tantangan dan ancaman yang sama, tanpa mengenal ukuran, jumlah pulau, panjang pantai, dan tingkat kemajuan ekonomi serta teknologi.
"Mereka menghadapi masalah yang sama yaitu kenaikan permukaan air laut, abrasi yang sangat parah, terumbu karang yang mati, dan penduduk pesisir yang harus direlokasi," imbuhnya.
Pernyataan Havas sesuai dengan laporan panel antarpemerintah untuk perubahan iklim yang dikutip dari website Indonesiaunfccc.com.
Pada laporan pemeriksaan (AR-5) yang diluncurkan pada 2017 itu disebutkan bahwa negara-negara berkembang khususnya negara kepulauan dan negara-negara pulau kecil sedang menghadapi ancaman nyata yang merupakan efek dari perubahan iklim. Dampak itu berupa banjir, naiknya permukaan air laut, dan naiknya kadar keasaman laut.
"Indonesia sendiri telah kehilangan sekitar 29.000 hektare akibat kenaikan permukaan air laut di kawasan utara Jawa dan kawasan lainnya," ujarnya.