Bisnis.com, JAKARTA - Oktober adalah bulan bahasa dan sastra Indonesia. Sudah lama kita ketahui bahasa adalah pemersatu bangsa Indonesia, yang juga tertuang dalam Sumpah Pemuda yang akan diperingati akhir bulan ini.
Secara sederhana, bahasa bisa disebut sebagai teknologi komunikasi yang paling sederhana. Sebelum ada tulisan, atau huruf, bahasa yang terlebih dahulu membuat kita berbeda dengan makhluk lain di bumi. Dengan bahasa, meskipun yang paling sederhana seperti isyarat sekalipun, akhirnya kita bisa berkomunikasi.
Presiden ketiga Republik Indonesia B.J Habibie punya pandangan sendiri mengenai bahasa Indonesia. Habibie yang pernah kuliah di Jerman Barat pada 1955-19965 mengatakan bahasa Indonesia adalah kunci dari perkembangan peradaban di Indonesia.
Dengan adanya Bahasa Indonesia menurutnya, ilmu pengetahuan yang tadinya terbatas karena banyak menggunakan bahasa dan istilah-istilah asing, bisa diwariskan dengan cara yang lebih mudah kepada generasi selanjutnya.
Meski begitu, mengalihbahasakan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia waktu itu bukan pekerjaan mudah. Tak banyak padanan kata yang bsia memberi pemaknaan yang sepadan. Habibie mengaku waktu itu banyak membuat istilah-istilah baru dalam bahasa Indonesia, yang akhirnya masih digunakan sampai sekarang.
“Banyak istilah yang tidak ada, kita ciptakan sendiri, yang mengajari seperti ini siapa? Ini Profesor Sutan Muhammad Zain,” katanya beberapa waktu lalu.
Prof. Sutan menurutnya adalah salah satu nama yang sangat berjasa bagi perkembangan bahasa Indonesia. Salah satu jasanya adalah membuat dasar-dasar bahasa melayu yang kemudian disempurnakan jadi bahasa Indonesia digunakan sampai kini.
Habiebie mengatakan menjadi akademisi di luar negeri pada masa itu adalah sebuah perjuangan melalui pemikiran. Menurutnya, perjuangan sebuah bangsa tidak hanya diwakili oleh mereka yang mengangkat senjata, tapi juga yang menunduk dengan tekun di antara tumpukan bacaan dan ilmu pengetahuan.
“Saya termasuk yang bukan tentara pelajar, yang lebih banyak bagaimana mengisi kemerdekaan dengan memikirkan bagaimana kemajuan untuk bangsa Indonesia agar tidak bergantung ke pada bangsa lain,” katanya.
Perjuangan menurutnya adalah sebuah kerja kolektif yang mendukung berkembangnya peradaban Indonesia. Perjuangan dari keilmuan bahasa, teknologi, dan perjuangan dengan senjata semuanya adalah satu kesatuan. Bahasa menjadi bagian pengikat yang tak terelakan.
“Saya perlihatkan bahwa perjuangan itu bukan satu orang, tapi seluruh bangsa ini. Kita harus pandai-pandai mempersiapkan generasi mendatang, melanjutkan perjuangan. Bukan cita-cita mengembangkan budaya Indonesia, I am not Interested! Yang kita interested adalah Indonesia’s Civilization! Artinya pemerataan untuk bangsa, pemerataan keadilan, semuanya,” jelasnya.