Kabar24.com, YOGYAKARTA - Mantan dosen pembimbing skripsi Dwi Hartanto, Yuliana Rahmawati, sedih dengan kasus pembohongan publik yang melilit bekas anak didiknya.
Yuliana berharap Dwi Hartanto menyempatkan pulang dan minta maaf pada alamamaternya.
Yuliana merupakan dosen Jurusan Teknik Informatika di kampus Institut Sains dan Teknologi Akprind Yogyakarta, tempat Dwi Hartanto menempuh pendidikan strata-1 (S1) pada kurun 2001-2005.
Nama mahasiswa doktoral di Technische Universiteit (TU) Delft Belanda itu sedang ramai diperbincangkan lantaran tindakan pembohongan publik yang Dwi lakukan.
Dwi Hartanto mengklaim menguasai bidang aerospace dan mengaku pernah diminta banyak pihak mengembangkan pesawat jet tempur generasi keenam. Dwi bahkan digadang-gadang sebagai penerus Habibie.
Yuliana tak habis pikir bekas anak didiknya yang moncer di kampus sehingga mendapat predikat lulusan terbaik 2005 itu nekat menyebarkan kebohongan terkait aktivitas akademiknya sehingga membuat heboh.
Baca Juga
"Dulu saat mahasiswa kecerdasannya memang terbilang menonjol di antara rekannya, tapi kok sekarang malah menyebar kebohongan," ujar Yuliana yang kurang lebih satu semester membimbing Dwi merampungkan spkripsinya, Selasa (10/10/2017).
Di mata Yuliana, Dwi terbilang rajin. Jadwal untuk pertemuan menyelesaikan skripsi tak pernah dilewatkan. Yuliana pun tak kesulitan membimbing karena Dwi tergolong cerdas dan gampang menyerap masukan yang diberikan terkait tugas akhirnya yang berjudul "Membangun Robot Cerdas Pemadam Api Berbasis Algoritma Kecerdasan ANN (Artificial Neural Network)" itu.
Selain kebohongan, yang juga disesalkan Yuliana, insiden Dwi mencuat berbarengan ketika Akprind Yogyakarta sedang menuai prestasi gemilang di bidang robotika sepanjang 2017 ini.
Misalnya Maret lalu, tim robotika Akprind ikut mewakili Indonesia berlaga di kontes robotika di ajang Sell Eco Marathon di Singapura.
Selain itu, Agustus 2017 lalu tim robotika Akrpind melalui Robot Brahmana juga mewakil Indonesia dalam ajang bergengsi Kontes Asia-Pacific Robot Contest (ABU Robocon).
"Ternyata cerita prestasi Akprind sepanjang 2017 ini harus ditutup dengan kasus pahit Dwi Hartanto yang menyeret Akprind. Tapi, ya, mau bagaimana," ujar Yuliana.
Yuliana pun tak mau serta merta menyalahkan Dwi karena belum mengetahui langsung apa motif bekas anak didiknya itu melakukan pembohongan publik. Padahal Dwi, menurut Yuliana, adalah satu dari sekian banyak mahasiswa yang beruntung bisa melanjutkan jenjang hingga doktoral.
"Kami jadi belajar lagi dari kasus ini bahwa kepandaian yang tak diikuti attitude yang baik juga tak berguna. Semoga Dwi masih mau berubah," ujarnya.