Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat punya satu momen dalam hidup yang tak bisa dilupakan selama berkantor di Balai Kota Jakarta, yaitu semasa menjadi wakil gubernur mendampingi Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Djarot merasa luar biasa tegang ketika harus menggantikan posisi Ahok sebagai gubernur pada Mei lalu.
"Momen paling berkesan itu ketika massa sangat tegang ya. (Saat) transisi, pasca-penetapan Pak Ahok untuk masuk penjara, bagaimana kita bisa meredam, mengendalikan ya berbagai macam aspirasi suara masyarakat," ujar Djarot di Balai Kota Jakarta, Senin, 9 Oktober 2017.
Pada 2014, Djarot datang ke Balai Kota menggantikan posisi Ahok sebagai wakil gubernur. Pada saat itu, Ahok naik jadi gubernur menggantikan Joko Widodo karena mantan wali kota Solo itu terpilih menjadi presiden periode 2014-2019. Namun pekerjaan Ahok sebagai gubernur berakhir sebelum masa jabatannya habis.
Ahok harus melepaskan jabatannya sebagai orang nomor satu di Jakarta karena terjerat hukum. Majelis hakim menyatakan Ahok bersalah atas tuduhan penodaan agama atas pidatonya di Kepulauan Seribu pada September tahun lalu. Ahok divonis dua tahun penjara. Ahok sempat ditahan di Lembaga Permasyarakatan (LP) Cipinang, Jakarta Timur.
Pada saat putusan bersalah dikeluarkan, ribuan massa mendatangi LP Cipinang untuk menuntut Ahok dibebaskan. Di sisi lain, massa kelompok lain tidak puas dengan vonis yang disampaikan oleh majelis hakim. Tak sampai 12 jam, Ahok akhirnya dipindahkan dari LP Cipinang ke Markas Komando (Mako) Brimob, Depok, dengan alasan keamanan. Hingga saat ini Ahok ditahan di penjara Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.
Pasca Ahok resmi ditahan, Djarot diangkat menjadi pelaksana tugas gubernur. Tak lama kemudian, Djarot diangkat menjadi Gubernur DKI Jakarta. Jabatan tersebut akan berakhir pada Senin, 16 Oktober 2017. Posisi gubenur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang baru akan diisi oleh Anies Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno.