Kabar24.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Serbia menuduh para penguasa dunia menggunakan standar ganda karena menolak mengakuai referendum kemerdekaan Catalan sementara kemerdekaan Kosovo diakui.
Kosovo mendeklarasikan kemerdekaannya dari Serbia pada 2008 dalam sebuah pengumuman yang diterima oleh Amerika dan kebanyakan negara-negara Uni Eropa. Namun, deklarasi ini tidak diakui oleh Serbia dan sekutunya.
Hampir satu dekade setelah kemerdekaan Kosovo, tepatnya pada Minggu (1/10/2017) para pemilik hak suara di Catalonia mendukung kemerdekaan mereka dari Spanyol dalam sebuah referendum yang dinyatakan tidak konstitusional oleh pemerintah Madrid.
Sehari kemudian Jerman menyebutkan pemberian suara tersebut sebagai hal yang mengkhawatirkan sementara negara-negara lain mulai cemas dengan komunitas-komunitas separatis di wilayah mereka.
"Saya terusik dengan standar ganda masyarakat internasional. Uni Eropa tidak akan pernah mengatakan bahwa pihaknya melakukan kesalahan terkait pengakuan [kemerdekaan] Kosovo tetapi keputusan tersebut akan menjadi bumerang dan kotak pandora terbuka," kata Menteri Luar Negeri Serbia Ivica Dacic, dikutip dari Reuters, Selasa (3/10/2017).
Posisi Serbia terkait Kosovo menjadi penghalang utama bagi negara tersebut untuk bisa bergabung menjadi anggota Uni Eropa.
Baca Juga
Belgia mengatakan pihaknya perlu meningkatkan hubungan dengan otoritas Kosovo dan mencoba menghalangi usaha mereka untuk bergabung dengan badan internasional.
Pada Senin (2/10/2017) Presiden Serbia Aleksander Vucic memanggil seluruh menteri dan kepala keamanan untuk berdiskusi setelah Juru Bicara Uni Eropa Margaritis Schinas mengatakan Spanyol tak bisa dibandingkan dengan Serbia karena isu Kosovo memiliki konteks spesifik tersendiri.
"Bagaimana mungkin referendum Catalonia tidak Valid sementara kemerdekaan Kosovo diakui bahkan tanpa referendum," kata Vucic setelah bertemu Presiden Yunani Prokopis Pavlopoulos di Belgrade.
Kosovo memisahkan diri hampir satu dekade setelah NATO melakukan intervensi dengan serangan udara untuk menghalau pasukan Serbia dan menghentikan pembunuhan dan pengusiran etnis Albania yang terjadi selama dua tahun perang menghadapi pemberontakan.