Kabar24.com, JAKARTA – Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid, atau akrab dipanggil Yenny Wahid dan Najelaa Shihab mengunjungi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Selasa (15/8/2017).
Yenny menjelaskan, pertemuan tersebut mendiskusikan kesimpangsiuran definisi Full Day School (FDS). “Istilah itu tidak pernah ada tapi terlanjur disalahpahami sebagai FDS atau Full Day School,” ujar Yenny, dikutip dari kemdikbud.go.id.
Menurut Yenny, Mendikbud menegaskan bahwa tidak ada delapan jam pelajaran bagi siswa, namun delapan jam tersebut berlaku bagi guru, sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Hal ini bukan perkara jam belajar siswa tapi regulasi ini menyangkut jam kerja guru. Delapan jam itu bisa diisi oleh guru dengan training, evaluasi belajar siswa, membimbing siswa dalam kelas dan ekstrakurikuler,” jelasnya.
Jadi, lanjutnya, jam pelajaran itu sama seperti dahulu, tapi ditambah sekitar 1 jam 20 menit. Sehingga, pada praktiknya, tidak akan mengganggu Madrasah Diniyah (Madin) dan siswa masih memiliki cukup waktu untuk mengikuti Madin.
Yenny pun menjelaskan bahwa penerapan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) menyinergikan antara sekolah dengan Madin, sebagai pendidikan informal yang telah berperan penting dalam pendidikan karakter bangsa selama ini.
Baca Juga
“Bentuknya koordinasi Madin dengan pihak sekolah, tapi belum dibahas secara detail. Yang terpenting semangatnya, bahwa kita tidak membiarkan Madin menjadi mati, tapi merangkul supaya Madin bisa menjadi agen dalam mengubah Pendidikan Karakter bagi anak lebih baik,” ucapnya.
Direktur Wahid Institute itu mengimbau agar kesalahpahaman mengenai konsep PPK sebagai Full Day School dapat segera berakhir.
Puteri kedua Presiden Republik Indonesia Almarhum Abdurrahman Wahid ini mengapresiasi upaya Kemendikbud untuk memperkuat pendidikan karakter.
“Saya mendukung peningkatan kualitas guru dan perbaikan kualitas sistem pendidikan yang ada,” ujar Yenny.