Kabar24.com, JAKARTA – Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence membantah pemberitaan bahwa ia sedang mempersiapkan diri maju ke bursa pemilihan presiden AS 2020 serta menyatakan kabar itu sebagai hal yang ofensif.
Surat kabar New York Times melaporkan bahwa beberapa orang dari kubu Republik membentuk "kampanye bayangan" untuk pilpres AS 2020 seolah-olah tanpa keterlibatan Presiden Donald Trump.
Beberapa penasihat Pence dikabarkan telah mengisyaratkan kepada sejumlah donor partai Republik bahwa Pence akan merencanakan untuk mencalonkan diri jika Trump tidak melakukannya.
Laporan New York Times juga mengungkapkan bahwa Pence tidak hanya menyimpan kalender politik tetapi juga telah menciptakan basis kekuatan independennya sendiri, termasuk sebuah kelompok penggalangan dana politik yang disebut “Great America Committee”.
Namun, Pence dengan tegas menyatakan artikel tersebut sebagai berita palsu dan mengatakan bahwa seluruh timnya fokus untuk memajukan agenda Trump serta mendukungnya terpilih kembali pada 2020.
“Dugaan yang dibuat dalam artikel ini secara kategoris salah dan hanya mewakili upaya terbaru media untuk memecah pemerintahan ini,” tegas Pence dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Reuters (Senin, 7/08/2017).
Penegasannya didukung oleh penasihat senior Gedung Putih White House Kellyanne Conway yang menyatakan Pence hanya siap untuk terpilih kembali menjadi wakil presiden untuk tahun 2020, alih-alih maju menjadi calon presiden.
“Wakil Presiden Pence adalah wakil presiden yang sangat setia, sangat patuh, tapi juga efektif dan aktif,” tambah Conway.
Sebaliknya, New York Times berpegang pada laporannya. “Kami yakin dengan keakuratan pelaporan kami,” kata juru bicara New York Times, Danielle Rhoades Ha.
Pence memiliki hubungan baik dengan sejumlah kelompok politik konservatif dan beberapa donor besar Partai Republik, termasuk miliarder Charles dan David Koch. Dia juga seorang loyalis Trump, meski biasanya ada sedikit perbedaan antara pernyataan publiknya dan kebijakan presiden.
Namun seiring dengan intensnya penyelidikan dugaan campur tangan Rusia pada pemilihan AS 2016 dan kemungkinan kolusi Rusia dengan tim kampanye Trump, ada jarak yang terlihat antara Pence dan Trump dalam hal cara pendekatan terhadap pemerintah Moskow.