Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia meminta adanya penguatan kerja sama regional dan multilateral untuk menangani kejahatan lintas negara serta terorisme.
Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Kerja Sama Asean, Jose Tavares dalam pertemuan tingkat pejabat tinggi antara Asean dan Uni Eropa (Asean-European Union Senior Officials' Meeting/SOM) di Bangkok, Thailand.
“Kita masih menghadapi ancaman kejahatan lintas negara dan terorisme di kawasan ini. Untuk menghadapinya, kita perlu terus memperkuat kerja sama regional serta multilateral," ujarnya yang juga Ketua Delegasi RI pada pertemuan itu, seperti dikutip dalam laman resmi Kemenlu, Sabtu (8/7/2017).
Indonesia, sambungnya, memandang telah cukup banyak instrumen dan mekanisme Asean maupun UE untuk menghadapi tantangan tersebut. Namun demikian, instrumen dan mekanisme belum berjalan secara efektif.
Menurutnya, aksi terorisme masih terus terjadi di berbagai belahan dunia. Kelompok teroris juga terus memperkuat "soft power" melalui penyebaran paham radikal dan teror melalui media sosial.
Usulan penguatan kerja sama ASEAN-UE, lanjut dia, bisa dilakukan misalnya melalui kemungkinan pembentukan "hotline communication" antar pejabat berwenang, kerja sama tukar menukar informasi intelijen, deradikalisasi dan peningkatan kapasitas aparat terkait.
Dalam isu ancaman kejahatan lintas negara, Indonesia juga menyampaikan pandangannya terkait kejahatan penyelundupan dan penggunaan narkotika serta obat terlarang (narkoba), perompakan di laut serta kejahatan siber.
"Serangan WannaCry Ransomware dan Petya Malware baru-baru ini, harus menyadarkan kita akan perkembangan kejahatan siber dan kaitannya dengan kejahatan lintas negara lainnya. Kita perlu perkuat kerja sama ASEAN dan UE dengan program kegiatan yang kongkrit,” imbuhnya.