Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Rusia ingin memperpanjang sanksi balasan terhadap Uni Eropa hingga akhir 2018.
Seperti dilansir dari Bloomberg, hal ini diungkapkan oleh Perdana Menteri Dmitry Medvedev pada Kamis (29/06/2017), sehari setelah Uni Eropa secara resmi memperpanjang sanksi ekonomi terhadap Rusia–yang diberlakukan pada Juli 2014–hingga 31 Januari 2018.
Sanksi balasan ini berupa larangan memasukkan produk makanan segar dari negara barat pada 2014 ke Rusia. Moskwa mengatakan sanksi balasan membantu akselerasi pengembangan pertanian Rusia.
Seperti diketahui, sanksi dari Uni Eropa terhadap Rusia dikenakan dalam hal berbisnis dengan sektor energi, pertahanan dan keuangan Rusia. Sanksi ini dikenakan menyusul langkah Rusia yang mencaplok semenanjung Laut Hitam milik Ukraina serta dukungan langsung Rusia kepada kelompok pemberontak di Ukraina timur.
Moskwa membantah terlibat langsung dalam konflik Ukraina timur kendati NATO telah menyatakan bahwa pasukan Rusia mendukung para pemberontak. Para pemimpin Uni Eropa sepakat untuk memperpanjang masa sanksi ketika mereka mengadakan pertemuan puncak di Brussel pekan lalu.
Kesepakatan dicapai setelah Prancis dan Jerman menganggap tidak ada kemajuan dalam upaya merundingkan penyelesaikan konflik di Ukraina timur. Konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 10.000 orang sejak April 2014.