Bisnis.com, JAKARTA – Bank dunia merilis obligasi pandemi atau pandemic bond untuk mendukung fasilitas pembiayaan darurat yang pada gilirannya mampu mengatasi persoalan wabah besar dengan cepat.
Seperti dilansir dari Reuters, obligasi bencana ini pada gilirannya mampu mempercepat pencairan dana atau uang untuk menghadapi krisi kesehatan seperti wabah ebola yang marak terjadi pada 2014 silam.
Adapun, pembayaran akan bergantung pada besaran wabah, tingkat pertumbuhan dan jumlah warga yang terdampak, dan termasuk yang pertama dari jenisnya untuk masuk dalam epidemi.
Wabah ebola tersebar di seluruh wilayah pada awal 2014.
Michael Bennett, Kepala Derivatif dan Keuangan Terstruktur, Departemen Pasar Modal Bank Dunia mengatakan fasilitas pembiayaan pandemi (pandemic emergency financing / PEF) telah diluncurkan pada 2014, dan sekitar US$100 juta dapat dimobilisasi awal Juli.
Namun, pada kenyataannya, uang tidak mulai mengalir hingga 3 bulan kemudian, saat jumlah kematian yang ditimbulkan dari wabah ebola telah meningkat 10 kali lipat.
“Pada akhirnya sekitar 11.000 orang meninggal dalam pandemi tersebut dan diperkirakan biaya yang dikeluarkan dari negara-negara yang paling terkena dampak seperti Guinea, Liberia, dan Sierre Leone, sekitar US$2,8 miliar,” ujarnya seperti dikutip pada Kamis (29/6/2017).
The PEF akan menawarkan cakupan ke semua negara yang berhak mendapatkan pembiayaan dari Badan Pembangunan Internasional (International Development Agency/ IDA), bagian dari Bank Dunia yang didedikasikan untuk negara-negara termiskin di dunia.
Cakupan wabah yakni penyakit menular yang sangat mungkin menyebabkan epidemi besar termasuk influenza; coronavirus termasuk SARS; filovirus termasuk ebola dan Marburg; dan lain sebagainya seperti demam kongo krimea, demam rift valley, dan demam lassa.
Bennet melanjutkan PEF secara keseluruah akan memberikan lebih dari US$500 untuk mencakup pandemi selama 5 tahun ke depan. Jumlah tersebut mencakup transaksi saat ini US$425 juta, yang terdiri atas US$320 juta melalui pasar obligasi dan U$105 juta melalui transaksi swap.
Transaksi tersebut mengalami oversubscribed sebesar 200%, menarik minat obligasi khusus, manajer aset, dana pensiun dan wakaf. Untuk obligasi pandemi, Bank Dunia akan membayar kupon yang menyerupai premi asuransi ditambah spread dana sebagai imbalan atas pembayaran jika obligasi dipicu.
“Jika terjadi pemicu, alih-alih membayar kembali obligasi secara penuh, sebagian atau seluruh principal ditransfer ke dana perwalian (trust) PEF. Jadi intinya investor bertindak seperti perusahaan asuransi,” jelas Bennett.