Kabar24.com, JAKARTA - Selama bulan puasa dan menjelang Lebaran yang akan tiba sekitar akhir Juni nanti kepolisian kembali mengadakan operasi kemanusiaan Ramadnya [baca:ramadania].
Antisipasi kemungkinan tindakan terorisme, pencurian dengan kekerasan, dan sweeping oleh ormas menjadi tiga fokus teratas kepolisian, di samping sejumlah potensi ancaman lain seiring dengan terjadinya eksodus atau perpindahan warga dalam jumlah besar.
Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto menjelaskan Mabes Polri akan menggelar operasi Ramadnya tahun 2017.
Dia memerinci yang pertama yang ingin disampaikan hakekat ancaman, perkiraan yang akan terjadi ancamannya apa saja.
“Ancaman ada banyak nomor satu tetap terorisme, ini antisipasi utama. Yang kedua kemungkinan pencurian dengan kekerasan termasuk perampokan toko emas, perampokan nasabah emas, pencurian kendaraan bermotor; ini yang jadi atensi dalam operasi Ramadnya. Yang ketiga sweeping ormas," ujarnya pada Rabu (31/5/2017).
Setyo menegaskan sesuai dengan instruksi Kapolri Jendral Tito Karnavian, ormas dilarang dan tidak berwenang melakukan sweeping. Dia mempersilakan masyarakat yang melihat adanya hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum untuk menyampaikan kepada pihak kepolisian terdekat.
Selain itu, penggunaan bahan-bahan yang berpotensi menimbulkan kebakaran atau ledakan seperti petasan dan kembang api yang melebihi ukuran tertentu juga akan menjadi perhatian.
Khusus untuk petasan, menurut Setyo, bagaimana pun bentuk dan ukurannya, produksi, dan penggunaannya tidak dibenarkan. Berbeda dengan petasan, penggunaan kembang api masih diizinkan tetapi untuk ukuran yang tidak lebih dari 2 inci.
Adapun sejumlah hal lain yang menjadi fokus dan perlu diantisipasi antara lain kecelakaan baik di darat, laut, dan udara; kemacetan, situasi di pelabuhan-pelabuhan penyeberangan, serta pembagian zakat dan sembako kepada khalayak ramai.
"Ada orang yang ingin berzakat secara langsung kemudian datang berduyun-duyun orang, beratus bahkan beribu orang. Kalau tidak diatur, akan menimbulkan korban saling berdesakan," tambahnya.
Yang juga menjadi perhatian kepolisian, lanjutnya, adalah pelaksanaan malam takbiran yang biasanya dirayakan dengan pawai.
Seperti diketahui, jelang Ramadan, dua bom meledak di Kampung Melayu, Jakarta Timur, saat sejumlah warga pawai. Tak hanya luka-luka, insiden ini juga menimbulkan korban jiwa, termasuk yang dicurigai sebagai pelaku bom bunuh diri.
Selanjutnya, kepolisian juga menaruh atensi terhadap toleransi antarumat, pencurian di rumah kosong selama ditinggal mudik oleh penghuninya, kemacetan di sejumlah lokasi wisata, serta jalur-jalur yang dilalui pada saat mudik dan antisipasi arus balik.
"Tahun ini berbeda dengan tahun lalu karena tahun lalu kemacetan ada di sekitar Brebes Exit. Tahun ini, sudah bergeser ke arah timur karena sampai dengan Gringsing sudah bisa dilalui karena lebar jalan sekitar 7 meter ketebalan 10 cm diharapkan tidak terjadi debu. Brexit sampai dengan Gringsing satu arah ke arah timur. Ini memudahkan mobilisasi pemudik yang ke arah timur," urainya.
"Untuk mengatur agar tidak terjadi kemacetan, maka di KM 71 itu ada yang kami sebut sebagai wasit. Wasit ini akan mengatur manakala jalur di tol Cipali macet, akan dialihkan melalui jalur nontol. Ini dipimpin perwira tinggi Korlantas Polri," tambah Setyo.