Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahaya Mana, Nonton Terorisme atau Pornografi? Ini Kata Ketua PB NU

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengatakan, menonton YouTube tentang radikalisme dan terorisme lebih berbahaya dibanding menonton pornografi.
Ketua PBNU Said Aqil Siradj memberikan keterangan kepada wartawan terkait muktamar NU di Kantor PBNU Jakarta, Jumat (3/7). PBNU akan menggelar muktamar ke-33 di Jombang, Jatim dengan mengangkat tema Islam Nusantara, berlangsung pada 1-5 Agustus mendatang. /ANTARA
Ketua PBNU Said Aqil Siradj memberikan keterangan kepada wartawan terkait muktamar NU di Kantor PBNU Jakarta, Jumat (3/7). PBNU akan menggelar muktamar ke-33 di Jombang, Jatim dengan mengangkat tema Islam Nusantara, berlangsung pada 1-5 Agustus mendatang. /ANTARA

Kabar24.com, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengatakan, menonton YouTube tentang radikalisme dan terorisme lebih berbahaya dibanding menonton pornografi.

"Menonton YouTube tentang pornografi lebih ringan daripada terorisme. Terorisme itu lebih bahaya daripada gambar perempuan telanjang," kata Said di acara penandatanganan nota kesepamahan Gerakan Nasional Revolusi Mental antara PBNU dengan Kementerian Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) di Kantor PBNU, Jakarta, Rabu (3/5/2017).

Dalam konteks tersebut, Said bukan dalam konteks membenarkan tindakan mengonsumsi materi pornografi, tapi ingin menunjukkan bahwa berbagai hal terkait terorisme di dunia maya sejatinya memiliki aspek kerawanan karena memberi dampak pada kejahatan kemanusiaan.

Menurut dia, orang yang menonton pornografi cenderung akan merasa bersalah, tapi tidak jika melihat materi terorisme. Ada kecenderungan individu yang menyaksikan materi terorisme akan teracuni pikirannya sehingga membenarkan tindakan membunuh untuk menghapus dosa.

Selain itu, kata dia, ada kerentanan individu terpicu melakukan radikalisme tanpa mengetahui konteks jihad sesungguhnya yang diajarkan oleh agama.

"Setelah menonton materi terorisme, dia keluar dari rumah membunuh dan dibunuh maka dosanya dimaafkan, masuk surga. Mereka tidak tahu konteks apa, situasi kapan untuk berjihad. Padahal, konteksnya itu dalam situasi perang itu. Kalau keadaan aman kemudian keluar 'ngebom', yang melakukan itu orangnya pasti banyak dosanya," demikian Said Aqil Siradj.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : JIBI
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper