Kabar24.com, TOKYO-- Bank of Japan diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunganya meski masih ada peluang pengetatan moneter berupa penarikan stimulus.
Banyak pejabat BoJ mengatakan bahwa mereka lebih percaya diri terkait prospek pemulihan ekonomi lantaran ekspor dan keuntungan dari perdagangan yang bisa memperbaiki permintaan global.
Meski demikian, banyak diantaranya merasa khawatir akan melonjaknya harga konsumen disaat pertumbuhan di beberapa sektor tidak mengalami inflasi.
Sebagai tanda bahwa perusahaan tetap mewaspadai menaikkan harga barang-barang mereka karena lemahnya belanja konsumen, terlepas dari harga bahan bakar dan makanan.
“Efek trickle down belum ada di sana, yang akan menjadi kunci terhadap inflasi untuk mempercepat secara berkelanjutan,” kata seorang sumber.
“Ini akan menjadi salah untuk pasar dalam memulai anjak piutang di kenaikan suku BOJ awal,”ucap sumber lain.
Dalam dua hari ulasan suku bunga yang berakhir pada Kamis, BoJ diprediksi akan mempertahankan suku bunga jangka pendek pada minus 0,1% dan berjanji mengarahkan 10 tahun yield obligasi pemerintah sekitar 0% melalui pembelian aset agresif.
Analis juga memprediksi bahwa BoJ akan tetap mempertahankan laju peningkatan tahunan di obligasi pemerintah Jepang atau JGB senilai US$696,62 miliar atau setara dengan 80 triliun Yen.
Gubenur BoJ, Haruhiko Kuroda menekankan bahwa bank sentral tidak memiliki rencana untuk menaikkan target yield-nya dalam waktu dekat dengan inflasi jauh dari target 2%.
Untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun pada Januari kemarin, harga konsumsi inti meningkat. Sejumlah analis memperkirakan inflasi akan dipercepat menuju 1% tahun ini lantara sebagian besar untuk rebound dalam biaya energi dan kenaikan impor dari melemahnya Yen.
Beberapa analis mengatakan BOJ mungkin terpaksa menaikkan target yield untuk menghindari pembelian obligasi jika suku bunga jangka panjang Jepang mengikuti kenaikan yield obligasi global, yang didorong oleh ekspektasi suku bunga AS yang lebih tinggi.
BOJ berharap untuk menghilangkan spekulasi tersebut dan tekanan tersebut, pihaknya tidak akan menaikkan target yield-nya kecuali ekonomi cukup menguat agar bisa mempercepat inflasi stabil 2%.
Marcel Thieliant, ekonom senior Jepang di Capital Economics, mengatakan BOJ tidak akan menaikkan target yield dalam waktu dekat dengan dorongan terhadap harga konsumen dari kenaikan biaya impor tidak akan bertahan.
"Apalagi, salah satu alasan utama mengapa Jepang telah mengalami penurunan harga dalam waktu lama adalah harapan deflasi yang dalam dan bank sedikit berhasil dalam mengubah harapan," tukasnya.