Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendorong perbaikan sumber daya manusia Indonesia serta peningkatan kualitas tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi agar sesuai dengan kebutuhan industri dan perusahaan.
"Kondisi pendidikan tinggi di Indonesia sampai saat ini masih penuh dengan diskusi dan belum memuaskan berbagai pihak. Salah satu masalahnya terkait relevansi mutu pendidikan yang belum mampu menjawab kebutuhan dunia usaha dan industri," kata Asdi Narang, Ketua Komite Tetap Kebijakan Pendidikan Kadin di Jakarta, Kamis (17/11/2016).
Kemenristekdikti mencatat jumlah perguruan tinggi umum diseluruh Indonesia sebanyak 3.221 dan perguruan tinggi agama sebanyak 1.020. Setiap tahun rata-rata ada sekitar 750.000 orang lulusan yang siap masuk ke pasar kerja.
Namun, mengacu pada data Badan Pusat Statistik, angka pengangguran dari kategori lulusan pendidikan tinggi masih besar. Peningkatan lulusan perguruan tinggi tidak sebanding dengan serapan lapangan kerja.
Sampai dengan bulan Agustus 2016, jumlah tenaga kerja berpendidikan tinggi yang bekerja sebanyak 14,57 juta (12,24%) dari 118,41 juta orang yang bekerja. Sementara itu, tenaga kerja berpendidikan tinggi yang menganggur mencapai 787.000 (11,19%) dari total 7,03 juta penganggur.
"Masih banyak perusahaan di Indonesia yang kesulitan mendapatkan tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan," ujarnya.
Sementara itu Anggota Ikatan Keluarga Alumni Lemhanas Angkatan 49 Djagal Wiseso mengatakan sosial budaya, termasuk pendidikan tinggi Indonesaia saat ini sedang lampu kuning yang akhirnya berdampak daya saing bangsa.
Indeks daya saing Indonesia 2016 memburuk dan turun ke posisi 41 dari 138 negara. Pada tahun sebelumnya, Indonesia berada di ranking ke 37. Adapun, indeks pengembangan sumber daya manusia pada 2015 lalu berada di posisi 110 dari 185 negara.
"Pendidikan tinggi saat ini banyak kelemahan. Pokok persoalannya lemahnya kepemimpinan, rendahnya kualitas SDM, ketiadaan mandat keilmuan, lemahnya infrastruktur, dan lemahnya birokrasi pengangguran," ujarnya.
Secara terpisah, Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri juga mengatakan hal senada. Menurutnya perguruan tinggi perlu melakukan pembenahan terhadap program studi dan kurikulum untuk menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing.
“Mau tidak mau, suka tidak suka, era persaingan sudah di depan mata kita. perguruan tinggi memiliki peranan penting mendorong peningkatan kualitas SDM lebih cepat yang sesuai kebutuhan," ujarnya.
Hal ini dikatakan Hanif dalam sambutannya di acara Dies Natalies ke 36 Universitas Islam Malang yang bertema “Peran Strategis Perguruan Tinggi dalam Membangun Daya Saing Bangsa” di kampus Unisma, seperti disampaikan lewat keterangan resminya.
"Perguruan tinggi perlu evaluasi bagaimana link and match alumni lebih optimal dalam hubungannya dengan pasar kerja dengan mempertimbangkan faktor perubahan karakter pekerjaan," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google
News dan WA Channel