Kabar24.com JAKARTA - Pemerintah menyiapkan tiga posko sementara guna mendukung pencarian pesawat kargo PK-SWW yang dikabarkan hilang kontak di Kabupaten Ilaga, Papua pada Senin (31/10) pukul 23.30 UTC.
Tiga posko tersebut antara lain posko Ilaga untuk penempatan personil tim SAR gabungan, posko JILA untuk dukungan bahan bakar pesawat, dan posko terminal Bandara Moses Kilangin sebagai pusat koordinasi pencarian dengan komando Danlanud Timika.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Bambang Supriyadi Ervan mengatakan personel tim SAR gabungan saat ini sudah berada di Ilaga sebagai titik terdekat dengan lokasi emergency locator transmitter (ELT).
“Saat ini tim SAR di-drop dengan menggunakan pesawat helikopter jenis Kamov KA32 PK-IOS milik Pegasus Air Service. Namun, kegiatan pencarian tidak dapat dilakukan maksimal karena kondisi cuaca tidak mendukung,” katanya di Jakarta, Senin (31/10/2016).
Bambang menambahkan kegiatan pencarian akan dilanjutkan pada Selasa (1/11) pukul 05.30 WIT dengan menggunakan helikopter milik maskapai tidak berjadwal atau carter, Airfast Indonesia.
Seperti diketahui, pesawat milik pemerintah kabupaten Puncak Papua tersebut terbang dari Timika pukul 22.57 UTC, dan dijadwalkan mendarat di Ilaga pukul 23.22 UTC. Namun, pesawat yang diterbangi Capt. Farhat Limi itu tidak kunjung datang.
Setelah itu, petugas ILAGA Radio mencoba memanggil pesawat PK-SWW pada pukul 23.30 UTC, namun tidak mendapatkan respon. Kemudian, petugas meminta bantuan kepada pesawat yang melintas di area Ilaga.
Sayangnya, hingga pukul 00.20 UTC, keberadaan pesawat kargo PK-SWW masih belum diketahui. Alhasil, petugas AIS AirNav Sentani mengumumkan alert phase (Alerfa), atau fase di mana keselamatan penumpang pesawat/kapal dalam keadaan terancam.
Sebelumnya, berdasarkan informasi dari petugas TWR TIMIKA (WAYY) dinyatakan bahwa laporan dari pesawat menerima signal ELT pada posisi 40 NM-45 NM R.060 TMK VOR atau berada di antara Ilaga Pass dengan Jila Pass.
Direktur Navigasi Penerbangan Direktorat Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto menilai kegiatan penerbangan di Papua memang tidak mudah, apalagi dengan kondisi geografis dan cuaca yang cukup menantang.
“Memang tidak mudah untuk bernavigasi disana. Apalagi, terrain Ilaga itu tingginya sekitar 4.000-5.000 kaki, daerahnya terpencil, dan panjang landas sekitar 600 meter. Namun, untuk peralatan navigasi sendiri sebenarnya sudah mencukupi,” ujarnya.
Novie menambahkan pemerintah sebenarnya terus berupaya agar keselamatan penerbangan di Papua dapat terjamin dengan mendorong berbagai aspek, seperti pengembangan fasilitas bandara, pesawat, navigasi hingga SDM.