Kabar24.com, JAKARTA - Theresa May mengumumkan tim bentukannya yang akan menangani negosiasi terkait keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan berjanji untuk membangun negara yang lebih sosialis seiring dengan penunjukannya sebagai Perdana Menteri Inggris yang baru.
May menggantikan posisi David Cameron dalam kurang dari tiga minggu setelah rakyat Inggris memilih untuk hengkang dari Uni Eropa.
Belajar dari referendum pahit bulan lalu, May menjanjikan bahwa Inggris akan memiliki citra peran yang lebih positif dan berani di luar negeri, sementara di dalam negeri dia berusha meminimalisasi ketidakadilan yang berlatarkan kelas sosial, ekonomi dan ras.
May memulai perannya sebagai perdana menteri dengan sejumlah aksi seperti memecat George Osborne dari jabatannya sebagai menteri keuangan dan mengisi posisi tersebut dengan Philip Hammond yang sebelumnya menjabat menteri luar negeri.
Dalam masa kepemimpinan Cameron, Osborne bertindak sebagai kepala strategi pemerintahan dan perancang kebijakan penghematan yang menjadi unggulan di kala itu.
Para tokoh konservatif terkemuka yang sebelumnya mengkampanyekan Brexit juga mendapatkan jabatan seperti mantan Wali Kota London Boris Johnson yang diangkat sebagai menteri luar negeri.
Ini merupakan tindakan yang paling mengejutkan oleh May. Johnson akan berkerja sama dengan David Davis yang ditugaskan untuk mengawasi negosiasi Brexit serta Liam Fox yang akan bertanggung jawab atas negosiasi perdagangan baru.
Steven Fielding, seorang profesor bidang sejarah politik dari University of Nottingham mengatakan pemerintahan May menghadapi dua kubu yang ada di Inggris yakni Remain dan Leave.
“Jika negosiasi Brexit tidak berjalan seperti yang diinginkan rakyat, maka pihak yang memilih untuk keluar akan disalahkan,” katanya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (14/7/2016).