Bisnis.com, LONDON - Memasuki kampanye minggu terakhir jelang referendum mengenai keanggotaan Uni Eropa , Perdana Menteri Inggris David Cameron melancarakan tuduhan bahwa lawan-lawannya mencoba menipu rakyat agar memilih untuk meninggalkan Uni Eropa.
2 1/2 hari setelah kampanye ditangguhkan paska pembunuhan anggota parlemen Jo Cox, kedua belah pihak kembali heboh. Cameron mengkritik lawan-lawannya terkait pesan anti imigrasi dan klaim tertentu yang mereka buat.
Dia menggaris bawahi beberapa pernyataan lawan-lawannya seperti bergabungnya Turki dengan Uni Eropa, kaharusan Inggris untuk ikut dalam tentara Eropa, serta biaya keanggotaan Uni Eropa yang harus dibayar oleh Inggris sebesar 350 juta poundsterling (US$500 juta) perminggu sebagai contoh kebohongan.
“Saya yakin ada beberapa argumen agar Inggris meninggalkan Uni Eropa, tetapi ketiga hal itu, yang menjadi topik utama dalam selebaran mereka tidaklah benar,” kata Cameron seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (20/6/2016).
Referendum pada 23 Juni nanti diawasi oleh pemerintah dan investor di seluruh dunia ditengah kekhawatiran akan Brexit yang berpotensi memicu gejolak di pasar global. Poundsterling dilaporkan menguat terhadap dolar pada perdagangan Senin pagi di pasar Asia setelah adanya publikasi poling pada Minggu (19/6/2016) yang menunjukkan bahwa opsi untuk tetap tinggal sebagai bagian dari Uni Eropa kembali memimpin setelah dilaporkan melemah dalam beberapa pekan terakhir.
Cameron kembali mengulang pesannya, dalam sebuah acara di BBC, bahwa meninggalkan Uni Eropa akan berisiko bagi Inggris dan Sebagian besar ekonom mengingatkan hal ini berpotensi merusak perekonomian.
“Ketika saya ingin membeli rumah, saya bertanya kepada para ahli, ketika saya ingin membeli mobil saya mencari informasi dari mekanik, Jika saya ingin membangun jembatan saya akan memerlukan insinyur. Sementara orang-orang yang mengkampanyekan untuk meninggalkan Uni Eropa meminta anda untuk percaya hanya karena merasa semuanya akan baik-baik saja. Saya rasa ini tidak cukup,” katanya.