Kabar24.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan segera merevitalisasi politeknik-politeknik yang ada di Indonesia untuk menciptakan lulusan yang mampu bersaing dan siap terjun dalam bekerja.
Dirjen Kelembagaan Bidang IPTEK dan Pendidikan Tinggi (Dikti) Patdono Suwignjo mengakui, pendidikan di Indonesia belum mampu menyaingi pendidikan luar negeri yang siap dengan dunia kerja. Pengembangan infrastruktur pendidikan tinggi dapat membantu mempercepat pembangunan di Indonesia.
“Kami sedang melakukan penelitian untuk memilih politeknik mana yang belum fokus dalam pembelajarannya atau bisa dikatakan masih umum dan hanya teori saja. Kami saat ini sedang menggencarkan lulusan-lulusan yang siap bekerja dengan merevitalisasi politeknik sehingga lebih fokus dengan memberikan teori 30% dan sisanya lebih banyak praktik,” bebernya di Jakarta, Rabu (18/5/2016).
Dia menyayangkan, dari 4.334 pendidikan tinggi di Indonesia diantaranya 134 negeri dan 4.200 swasta hanya dua yang masuk dalam jajaran 500 besar pendidikan tinggi dunia. Hal ini sungguh miris dimana Indonesia memiliki talenta-talenta yang apabila tidak diberdayakan tentu akan menurunkan kualitas.
Pemerintah akan melakukan revitalisasi sepuluh politeknik yang ada di Indonesia menjadi fokus pada bidang tertentu. Dia mencontohkan politeknik yang masih umum akan difokuskan pada bidang tertentu misalnya politeknik khusus pertambangan, sehingga kalau mahasiswanya lulus akan dapat dua sertifikat yakni ijazah dan sertifikat profesi.
Patdono mengatakan, ada 32 politeknik di Indonesia namun baru beberapa politeknik saja yang fokus pada satu bidang, seperti Politeknis Bandung yang fokus pada mekanik, Politeknik di Semarang yang fokus pada kemaritiman, Politeknik di Surabaya yang fokus pada elektornika dan ada juga yang fokus pada perkapalan.
Selain itu, Patdono menyampaikan akan dibentuk tim yang terdiri dari pihak kementerian, politeknik serta melibatkan industri sehingga bisa melihat bidang yang perlu dibuat fokus. Hal ini sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo karena hingga saat ini tenaga teknik atau insinyur di Indonesia guna menggerakkan industri masih kurang, baik itu dari kuantitas maupun kualitas.
“Banyak lulusan engineer yang pekerjaannya lari ke bank karena gajinya lebih memadai dan lain sebagainya, untuk itu selain pendidikan, perlu juga dukungan industri yang memadai, sehingga lulusan para insinyur Indonesia bisa dimanfaatkan dengan maksimal dengan menilik kebutuhan saat ini,” ucapnya.
Riani Rachmawati, Direktur Sumber Daya Manusia Universitas Indonesia juga mengakui perlu adanya review ulang kurikulum yang berjalan di pendidikan tinggi Indonesia. Pengalamannya setelah mewakili Indonesia sebagai delegasi yang dikirimkan Rolls-Royce dalam International Learning Experience Programme membuktikan memang pendidikan luar mencetak lulusan yang dibutuhkan bagi industri saat ini.
''Memang perlu adanya review ulang kurikulum untuk mengejar gap yang ada dengan pendidikan luar, bukan dengan jalan ditempat saja,'' terangnya.