Kabar24.com, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengarahkan pemanfaatan teknologi untuk menciptakan peluang ekonomi kreatif yang lebih berkelanjutan. Hal itu terlihat dalam perhelatan Festival Sains dan Teknologi yang akan digelar di Bandung pada 5-7 Oktober 2015.
“Melalui festival sains dan teknologi, kami ingin penciptaan ekonomi kreatif berbasis teknologi, mengingat selama ini lebih banyak berbasis kultur,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko di Jakarta, Selasa (13/10/2015).
Ia menambahkan, pengembangan bisnis berbasis kultur tidaklah salah. Namun, usianya lebih pendek. Karena penggunaan teknologi membuat industri kreatif bisa lebih bertahan lama.
“Untuk itu, kami bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), guna mendukung berkembangnya ekonomi kreatif berbasis iptek di Indonesia,” ujarnya.
Indonesia, lanjut Laksamana Tri Handoko, terlambat jika ingin mengembangkan manufaktur yang mampu menghasilkan produk global. Industri kreatif baru berbasis iptek dengan diferensiasi produk yang tinggi, sehingga memiliki peluang untuk dikenal secara global.
“Mau bikin manufaktur apalagi, karena komputer, telepon genggam, telepon pintar, chip, televisi semua sudah ada. Kita akan kalah bersaing dengan manufaktur global yang sudah berkembang lama,” katanya.
Menurutnya, satu-satunya manufaktur yang masih memiliki peluang berkembang di Indonesia adalah industri otomotif. Mengingat memproduksi block mesin belum bisa dilakukan secara mandiri.
“Kondisi itu pun akan berubah saat mobil listrik sudah berkembang dan unit usaha kecil mampu membuat motor listrik secara mandiri,” ujarnya.
Industri kreatif berbasis iptek, lanjutnya, sangat berkembang pesat di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok karena dapat dukungan penuh dari pemerintah yang memberi kemudahan dalam berinovasi dan berkreasi.
“Sementara di Indonesia, industri kreatif yang memanfaatkan teknologi masih sedikit dikembangkan,” ucapnya.
Ditambahkan, startup dengan kekhasan tersendiri bisa saja mendunia. Namun, harus dibantu untuk dikembangkan.
“LIPI mulai membina beberapa startup seperti radar untuk nelayan, teknologi pengalengan makanan yang tidak homogen juga dimanfaatkan untuk memulai bisnis food truck atau jualan pangan dengan menggunakan mobil,” tandasnya.