Bisnis.com, JAKARTA -- Sejak 2008, Indonesia telah menerima hibah sebesar Rp20 miliar untuk penelitian yang memfokuskan pada pembangunan berkelanjutan yang difokuskan pada empat topik, yaitu natural disaster, infectious disease, bilogical recourses, dan energy.
Kepala Biro Kerjasama dan Komunikasi Publik Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Nada Marsudi mengatakan, Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (SATREPS) ini sejalan dengan fokus di Kemenristekdikti yang menerapkan penelitian berbasis sosial dan industri.
"Tapi di masa yang akan datang hibah seperti ini bisa lebih lagi di berikan kepada Indonesia. Pemerintah Indonesia juga memberikan counter funding dengan mengirim peneliti," ujarnya dalam Workshop dan Expose Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (SATREPS), di Hotel Millenium, Jakarta, Senin (24/8/2015).
Dalam kerja sama antara Indonesia dan Jepang ini jug melibatkan institusi pendidikan tinggi salah satunya Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknbologi (BPPT), serta Kementerian ESDM.
"Mengenai join penelitian ini, Indonesia dan jepang bekerja bersama. Bukan kita di-overius sama jepang. Nanti komersialisasinya juga begitu," katanya.
Sampai saat ini, Indonesia telah mendapatkan 13 project yang dilakukan bersama Jepang. Hal ini, kata Nada, menunjukkan bahwa kemampuan peneliti Indonesia telah di akui oleh negara maju.
"Program dari jepang itu dapat U$1 juta setiap tahunnya dan project itu masing-masing untuk 5 tahun. Sampai tahun 2013 grand yang sudah kita dapatkan itu Rp250 miliar. Tapi tentu saja Indonesia juga ada counter funding untuk pemberian orang-orangnya melalui insentif kind dan kontribusi Indonesia juga ada dalam hal finansial selain brain dan kompetisinya yang lain," paparnya.