Kabar24.com, SURABAYA-- Ketua Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (NU) Jawa Timur KH Hasan Mutawakkil Alallah mengatakan hingga sejauh ini sudah ada tiga orang bakal meramaikan bursa pemilihan Ketua Umum Pengurus Besar NU pada Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur.
SIMAK: Jokowi Promosi Indonesia ke Ratusan Pebisnis di Singapura
Tiga orang itu adalah ketua umum inkumben KH Said Aqil Siradj, Wakil Ketua Umum PBNU yang juga Deputi Kepala Badan Intelijen Negara As'ad Said Ali, serta pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Salahudin Wahid.
BACA JUGA: KORUPSI UPS: Diperiksa Polisi, Ahok Lapar bila Tak Diberi Makan
"Untuk calon Rais Aam, yang terkuat ada dua, yaitu KH Mustofa Bisri dan KH Hasyim Muzadi," kata Hasan, Selasa (28/7/2015).
BACA JUGA: Cara Evan Dimas Gabung Klub Sepak Bola Spanyol
Hasan menolak menyebut calon ketua umum yang didukung Jawa Timur. Pengasuh Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo ini juga menolak memprediksi siapa di antara tiga calon tersebut yang memiliki peluang paling kuat.
BACA JUGA: Demi Menang Pilkada, Calon Bupati Ini Sebulan Tak Disentuh Suami
"Yang paling kuat sampeyan. Janganlah saya ini dipancing-pancing," ujar Hasan berkelakar.
Menurut Hasan, siapa pun yang terpilih menjadi ketua umum, yang paling penting dapat membawa NU berkembang menjadi organisasi yang besar dan sesuai dengan perkembangan zaman. Apalagi tahun depan Masyarakat Ekonomi Asean mulai diberlakukan di Indonesia.
"Jangan sampai NU tidak dapat mengikuti perkembangan zaman," kata dia.
Senada dengan Hasan, Ketua Panitia Daerah Muktamar NU Saifullah Yusuf juga berharap ke depan NU dapat mewujudkan kebangkitan ekonomi kerakyatan. Hal ini dirasa perlu karena NU lahir di tengah masyarkat kecil.
"Ini harus dilakukan NU ke depannya," kata Saifullah.
Saifullah menolak mengomentari tiga tokoh yang disebut-sebut bakal mencalonkan diri sebagai ketua umum itu.
Dia juga enggan menyebutkan hal-hal yang perlu diperbaiki selama masa kepemimpinan Said Aqil.
"Yang penting muktamarnya berjalan dengan lancar," kata dia.
Pemilihan Ketua Umum PBNU akan menggunakan metode Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) atau sistem formatur. Hal ini berbeda dengan Muktamar NU sebelumnya yang menggunakan sistem pemilihan langsung.
"Pemilihan dengan sistem AHWA dilakukan setelah kami belajar dari muktamar sebelumnya agar kompetisi menjadi sehat," ujar Saifullah.