Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah mengklaim tingginya tingkat utang Indonesia digunakan untuk pembiayaan infrastruktur yang produktif sehingga tak akan menyebabkan krisis seperti Yunani.
Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, mengatakan khalayak tak dapat membandingkan kondisi utang Indonesia dan Yunani.
Pasalnya, pemerintah Yunani menggunakan dana utang untuk kebutuhan konsumtif, sementara pemerintah Indonesia memanfaatkan pembiayaan untuk sektor produktif, seperti pembangunan infrastruktur.
“Jangan dibandingkan Yunani dan Indonesia. Indonesia harus dibandingkan dengan negara-negara yang jauh lebih baik pengelolaan manajemen ekonominya,”ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Kamis (9/7/2015).
Berdasarkan statistik, dia menyebutkan, tingkat utang Yunani terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 200%, sedangkan utang Indonesia hanya 26% terhadap PDB.
Intinya, pengelolaan anggaran negara harus dilakukan melalui prinsip rumah tangga yang baik, agar tidak besar pasak daripada tiang.
Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta pemerintah segera menghentikan rencana penambahan utang baru di tengah pelemahan ekonomi dunia, setelah gagal bayar yang dialami Yunani.
Anggota Komisi Keuangan DPR Willgo Zainar menilai pinjaman dalam valas semakin menambah utang luar negeri dan beban rupiah yang sedang terpuruk.