Kabar24.com, JAKARTA – Manajer Fundraising Yayasan Amal Khair Yasmin, Mujtahidien mengungkapkan masalah pendidikan gratis di Indonesia masih relevan.
Berdasarkan data UNICEF tahun ini sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Data statistik tingkat provinsi dan kabupaten menunjukkan bahwa terdapat kelompok anak-anak tertentu yang terkena dampak paling rentan yang sebagian besar berasal dari keluarga miskin sehingga tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
“Anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu, memiliki kemungkinan putus sekolah emapat kali lebih besar daripada mereka yang berasal dari keluarga berkecukupan. Untuk data statistik geografis, tingkat putus sekolah anak SD di desa 3:1 dibandingkan dengan di daerah perkotaan,” Kata Mujtahidien dalam workshop pendidikan gratis, di Jakarta, Selasa (23/6/2015).
Menurut Mujtahidien, Hal tersebut terjadi karena dipicu oleh faktor kekurangan tenaga pengajar untuk daerah terpencil dan tergolong berpenghasilan rendah.
“Tingkat putus sekolah anak di desa dapat mencapai 3% jika dibandingkan dengan anak di perkotaan,” tambahnya.
Hal tersebut, kata Mutjahidien seharusnya menjadi perhatian pemerintah dalam pemerataan pendidikan di Indonesia.
Dengan diadakannya guru garis depan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat ini diharapkan mampu mengurangi jumlah anak putus sekolah terutama di daerah terpencil.
UNICEF: 2,5 Juta Anak Indonesia Putus Sekolah
Manajer Fundraising Yayasan Amal Khair Yasmin, Mujtahidien mengungkapkan masalah pendidikan gratis di Indonesia masih relevan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Yulianisa Sulistyoningrum
Editor : Rustam Agus
Konten Premium