Bisnis.com, JAKARTA – Munas Alim Ulama NU yang digelar pada Ahad (14/6/2015) menyepakati teknis pemilihan Rais Aam, sebagai pucuk pimpinan tertinggi PBNU, secara musyawarah mufakat dengan pendekatan ahlul halli wal aqdi (AHWA).
AHWA adalah istitusi khusus yang terdiri dari 9 kiai yang memiliki kriteria tertentu, seperti beraqidah Ahlussunnah wal Jamaah al Nahdliyah, wara’, zuhud, bersikap adil, berilmu (alim ), integritas moral, tawadlu’, berpengaruh, dan mampu memimpin.
AHWA berwenang memilih Rais Aam PBNU.
Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Nusron Wahid menyampaikan beberapa nama kiai yang dinilai layak sebagai AHWA.
- KH Muchit Muzadi (Kakak KH Hasyim Muzadi) dari Jember
- KH Tolhah Hasan dari Malang
- KH Nawawi Abdul Djalil dari Pasuruan
- KH. Anwar Mansur, Lirboyo Kediri
- KH. Nurul Huda Djazuli, Ploso Kediri
- KH. Maemun Zubair, Sarang, Rembang
- KH. Sya'roni Ahmadi, Kudus
- KH Dimyati Rois, Kendal
- Habib Lutfi bin Yahya, Pekalongan
- KH. Sanusi Baco, Makasar
- KH. Ma'ruf Amin, Jakarta
- Muhtadi Dimyati, Banten
- KH. Ahmad Shodiq, Lampung Timur
- KH Mahtum Hanan, Babakan Ciwaringin Citebon
- KH. Nuh Addawwami, Garut, 16. Tuan Guru Turmudzi Badrudin, Lombok
- KH Kholilurrahman, Martapura
- KH. Mudarris, Sumsel
- KH Mahmudin Pasaribu, Musthofawiyah Sumut,
- KH Bagindo Letter, Sumbar.
"Beliau-beliau merupakan kiai-kiai sepuh yang tidak lagi diraguksn komitmen dan garis lurusnya dalam mengrawat umat NU selama ini," ujarnya. []