Bisnis.com, YAOUND - Para petempur Boko Haram -- yang dalam bahasa Hausa berarti "pendidikan Barat haram"-- dari Nigeria Minggu (18/1/2015) menculik 60 orang dalam serangan baru di Kamerun utara, dan beberapa orang tewas.
Para militan Islam itu "meledakkan dua desa di wilayah Tourou ... Mereka membakar rumah-rumah dan meninggalkan sekitar 60 orang. "Sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak," kata seorang perwira polisi kepada AFP/Antara.
Dia mengatakan, serangan lintas-perbatasan itu telah "meninggalkan beberapa orang tewas" tanpa memberikan jumlah yang tepat, dan menambahkan tentara Kamerun telah "melancarkan operasi" setelah serangan itu.
Penculikan itu merupakan yang terbesar di Kamerun oleh kelompok tersebut yang telah melakukan serangkaian serangan di negara itu dalam beberapa bulan terakhir, dan meningkatkan pemberontakan berdarah mereka di kubu mereka di timur laut Nigeria.
Serangan itu dilancarkan setelah tetangga Chad mengerahkan pasukan untuk memerangi Boko Haram baik di Kamerun maupun di Nigeria.
Di Nigeria, pasukan Chad berusaha untuk merebut kembali kota strategis Baga, di tepi Danau Chad, yang melintasi perbatasan Chad, Nigeria, Niger dan Kamerun dan yang jatuh ke tangan kelompok tersebut awal bulan ini.
Banyak yang mengatakan serangan di Baga adalah serangan Boko Haram yang paling mematikan.
Gambar satelit yang dirilis oleh Amnesty dan Human Rights Watch menunjukkan kehancuran luas dengan sekitar 3.700 bangunan di Baga dan dekat Doron Baga rusak atau hancur.
Amnesty mengatakan, sebanyak 2.000 warga sipil mungkin telah dibantai, tetapi tentara Nigeria keberatan dengan klaim "sensasional" itu dan mengatakan bahwa jumlah kematian di Baga sekitar 150.
Sekitar 400 kendaraan militer Chad tiba di kota perbatasan Kamerun dari Kousseri pada Sabtu, dan Presiden Chad Idriss Deby mengatakan "operasional" mereka pada Minggu.
Boko Haram Senin lalu melancarkan serangan terhadap pangkalan militer Kamerun di Kolofata, juga di ujung utara negara itu, di mana 143 "teroris" dan satu tentara Kamerun tewas, menurut petugas Kamerun.