Bisnis.com, SURABAYA - Pemprov Jawa Timur membidik kenaikan produksi tanaman pangan secara drastis sejumlah 106,75% selama 2016-2019 dari target 2013, alias dari hanya 12,04 juta ton menjadi 13,22 juta ton.
Menurut Gubernur Soekarwo, ketersediaan beras di provinsi beribu kota Surabaya itu saat ini mencapai 8,5 juta ton dengan angka konsumsi daerah sejumlah 3,4 juta ton. “Sehingga, kita masih ada surplus beras 5,1 juta ton.”
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim mengenai presentase volume dan penjualan beras eceran sepanjang 2010-2014, terjadi perubahan preferensi konsumen terhadap kualitas beras yang lebih premium.
Pada 2011, masyarat yang mengonsumsi beras membrano hanya 17%. Namun, pada 2014 angkanya meroket menjadi 43%. Hal tersebut mencerminkan masyarakat saat ini lebih menyukai beras punel yang sangat tergantung pada proses penggilingan gabah kering.
“[Padahal] Karakteristik penggilingan padi di Jatim kebanyakan berada di penggilingan padi kecil dengan kapasitas kurang dari 1,5 ton/jam. Hal ini disebabkan masih rendahnya pengetahuan dan pengelolaan yang masih tradisional.”
Oleh karena itu, sambung Soekarwo, Pemprov Jatim telah mengajukan usulan ke Presiden RI terkait kebijakan perberasan, termasuk menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah, beras, dan kedelai.
“Misalnya, gabah kering panen (GKP) di tingkat petani menjadi Rp4.100/kg, beras di Gudang Bulog menjadi Rp8.000/kg. Saya berharap presiden segera memberi tanggapan positif sehubungan dengan usulan ini.”