Bisnis..com, SEMARANG—Pelaku ekspor industri perikanan Jawa Tengah bakal menaikkan harga jual sekitar 5% seiring penerapan tarif baru bahan bakar minyak bersubsidi mulai 18 November 2014 lalu.
General Manager PT Holi Mina Jaya Yohanes memaparkan kenaikan BBM bersubsidi berdampak besar terhadap industri ini.
Kendati demikian, pihaknya menginginkan kenaikan harga BBM seimbang dengan ketersediaan pasokan solar yang dibutuhkan para nelayan.
Berdasarkan pengalaman setelah ada kenaikan harga BBM tahun lalu, kata dia, pasokan premium dan solar bersubsidi mendadak habis di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU.
“BBM ini pengaruhnya sangat besar karena berpengaruh pada semua sektor. Saat ini kami perkirakan ada kenaikan harga 5%,” papar Yohanes di Semarang, Senin (24/11).
Kendati terjadi kenaikan harga jual, pihaknya memastikan tidak akan berpengaruh terhadap pasar ekspor.
Pasalnya, produk perikanan asal Jawa Tengah menjadi unggulan ekspor ke seluruh dunia baik di Amerika, Eropa dan Timur Tengah.
Adapun negara yang mengimpor produk perikanan terbanyak berasal dari Tiongkok, Amerika dan Eropa.
“Potensi ekspor untuk sektor perikanan di Jateng ini luar biasa. Apalagi di sini perairan lebih besar dari daratan. Jadi pasokan hasil ikan tangkap laut seolah tidak pernah habis,” ujarnya.
Yohanes memaparkan dalam perbulan bisa mengekspor perikanan sekitar 100 kontainer. Hanya saja, pengiriman ekspor agak tersendat apabila memasuki musim baratan atau angin datang dari barat yang berlangsung pada Desember hingga Januari.
Dia meminta semua kalangan pengusaha sejenis untuk menjaga kelestarian laut dengan tidak menangkap ikan kecil agar perkembangbiakan di laut tidak terganggu.
“Kami berharap pada pemerintah baru untuk menindak tegas oknum yang sengaja mengambil keuntungan besar tanpa memperhatikan ekosistem laut,” ujarnya.
Asosiasi Petambak Udang Jawa Tengah mengakui harga udang vaname di wilayah ini mengalami kenaikan sekitar 10%-15% karena produksi pasca Lebaran kian sedikit.
Ketua Asosiasi Petambak Udang Jawa Tengah Supandi menyatakan dampak kenaikan BBM bersubsidi berpengaruh terhadap kenaikan biaya produksi tambak udang yang mencapai Rp42.000-Rp43.000/kilogram.
Supandi menerangkan biaya produksi untuk budidaya udang dari benih hingga panen udang sebelumnya yakni sekitar Rp35.000-Rp38.000/kg.
Pihaknya khawatir kenaikan tersebut berpotensi terhadap rendahnya daya beli masyarakat untuk membeli udang.
“Kami masih menghitung seberapa besar kenaikan harga jual udang,” paparnya.
Supandi mengatakan kendala yang dihadapi petambak udang saat ini yakni kesulitan untuk membeli solar bersubsidi.
Padahal, solar itu merupakan bahan baku pokok untuk menjalankan mesin diesel di lahan tambak tersebut.
Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Sri Puryono memaparkan produksi sektor perikanan di Jawa Tengah terus digenjot.
Hasil perikanan di wilayahnya, kata dia, mendapatkan respons positif dari berbagai daerah maupun mancanegara.
“Jateng itu unggul dari sisi kehutanan dan kelautan. Kalau dua hal itu digarap serius, maka tidak ada kekurangan pasokan pangan,” paparnya.