Bisnis.com, JAKARTA--Setara Institute for Democracy and Peace meluncurkan catatan 10 Paradoks Kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama menjadi presiden dalam satu dasawarsa.
Ketua Badan Pengurus Setara Institute Hendardi mengatakan dengan segenap kewenangan yang melekat pada dirinya sebagai presiden, sangat wajar kemudian di akhir masa baktinya SBY mengklaim pembukuan prestasi yang membanggakan. Hal tersebut merujuk dari pidato kenegaraan pada 15 Agustus 2014.
“Mengimbangi kisah prestasi yang digambarkan SBY, penting bagi rakyat untuk juga mengetahui berbagai kontradiksi dan paradoks kebijakan, program yang terjadi sepanjang 10 tahun SBY memimpin Indonesia,” ujarnya dalam konferensi pers di kantor Setara, Jakarta Pusat, Senin (13/10/2014).
Menurutnya informasi ini penting, bukan hanya bagi rakyat tapi juga bagi pemerintahan baru untuk tidak mengedepankan politik pencitraan, politik transaksional demi stabilitas politik, dan kebijakan yang paradoksal, yang jauh dari kesan dan kinerja yang sesungguhnya.
Adapun, SETARA Institute mencatat setidaknya 10 Paradoks Kepemimpinan SBY. Hal itu antara lain sebagai berikut:
1. Demokrasi atau Antidemokrasi?
2. Antikorupsi tapi Gagal Melakukan Prevensi Korupsi.
3. Pemimpin Paling Toleran terhadap Intoleransi.
4. Penganut Politik Impunitas pada Pelanggar HAM.
5. Kebebasan Berekspresi yang Dibelenggu dengan UU ITE.
6. Presiden yang Paling Sering Diancam.
7. Pembangunan Bidang Kesehatan yang Tidak Membuat Rakyat Sehat.
8. Anggaran Pendidikan yang Tidak Mencerdaskan.
9. Go Green dan Eksploitasi Lingkungan yang Terus Berlangsung.
10. Mematikan Pengusaha Tambang Skala Kecil, Memberi Privilige bagi Newmont dan Freeport.