Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PEMBATASAN BBM SUBSIDI Diprediksi Pengaruhi Inflasi Sumsel

Laju inflasi Sumatra Selatan pada September 2014 diperkirakan meningkat karena adanya kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi khususnya solar dan premium beberapa waktu lalu.
Dengan capaian inflasi Sumsel hingga Agustus 2014 ini sebesar 2,09% (ytd), diperkirakan inflasi masih terkendali sehingga sasaran inflasi Sumsel tahun 2014 yaitu 4,551% dapat tercapai. /Bisnis.com
Dengan capaian inflasi Sumsel hingga Agustus 2014 ini sebesar 2,09% (ytd), diperkirakan inflasi masih terkendali sehingga sasaran inflasi Sumsel tahun 2014 yaitu 4,551% dapat tercapai. /Bisnis.com

Bisnis.com, PALEMBANG -  Laju inflasi Sumatra Selatan pada September 2014 diperkirakan meningkat karena adanya kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi khususnya solar dan premium beberapa waktu lalu.

Hal tersebut tertuang dalam siaran info terkini yang dirilis Bank Indonesia Wilayah VII Palembang pada Jumat (5/9/2014).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Palembang R. Mirmansyah mengatakan pembatasan BBM Bersubsidi itu dapat meningkatkan tekanan kelompok administered price dan biaya transportasi.  "Selain itu, musim kemarau yang diperkirakan berlanjut hingga September 2014 berpotensi menganggu produksi," katanya.

Namun demikian, dia mengemukakan, konsumsi masyarakat masih tumbuh terbatas yang ditunjukkan dengan nilai tukar petani (NTP) yang melambat dan ekspektasi harga yang melambat mengakibatkan tekanan inflasi sedikit berkurang.

Mirmansyah mengatakan dengan capaian inflasi Sumsel hingga Agustus 2014 ini sebesar 2,09% (ytd), diperkirakan inflasi masih terkendali sehingga sasaran inflasi Sumsel tahun 2014 yaitu 4,55±1% dapat tercapai.

"Pascalebaran, tekanan inflasi Sumsel menunjukkan tren penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, seperti inflasi Agustus yang lebih rendah dari bulan sebelumnya," ujarnya.

Bank sentral mencatat inflasi terjadi baik di kota Palembang maupun Lubuklinggau masing-masing sebesar 0,10% (mtm) dan 0,06% (mtm).

Penurunan harga terutama terjadi pada kelompok volatile food yang mengalami deflasi sebesar 0,24% (mtm). Deflasi kelompok tersebut diakibatkan normalisasi harga sayur-sayuran yang bulan sebelumnya meningkat.

Sementara itu, kelompok administered price dan inti juga menurun menjadi sebesar 0,22% (mtm) dan 0,19% (mtm) atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 1,17% (mtm) dan 0,38% (mtm).

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper