Bisnis.com, PALEMBANG - Laju inflasi Sumatra Selatan pada September 2014 diperkirakan meningkat karena adanya kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi khususnya solar dan premium beberapa waktu lalu.
Hal tersebut tertuang dalam siaran info terkini yang dirilis Bank Indonesia Wilayah VII Palembang pada Jumat (5/9/2014).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Palembang R. Mirmansyah mengatakan pembatasan BBM Bersubsidi itu dapat meningkatkan tekanan kelompok administered price dan biaya transportasi. "Selain itu, musim kemarau yang diperkirakan berlanjut hingga September 2014 berpotensi menganggu produksi," katanya.
Namun demikian, dia mengemukakan, konsumsi masyarakat masih tumbuh terbatas yang ditunjukkan dengan nilai tukar petani (NTP) yang melambat dan ekspektasi harga yang melambat mengakibatkan tekanan inflasi sedikit berkurang.
Mirmansyah mengatakan dengan capaian inflasi Sumsel hingga Agustus 2014 ini sebesar 2,09% (ytd), diperkirakan inflasi masih terkendali sehingga sasaran inflasi Sumsel tahun 2014 yaitu 4,55±1% dapat tercapai.
"Pascalebaran, tekanan inflasi Sumsel menunjukkan tren penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, seperti inflasi Agustus yang lebih rendah dari bulan sebelumnya," ujarnya.
Bank sentral mencatat inflasi terjadi baik di kota Palembang maupun Lubuklinggau masing-masing sebesar 0,10% (mtm) dan 0,06% (mtm).
Penurunan harga terutama terjadi pada kelompok volatile food yang mengalami deflasi sebesar 0,24% (mtm). Deflasi kelompok tersebut diakibatkan normalisasi harga sayur-sayuran yang bulan sebelumnya meningkat.
Sementara itu, kelompok administered price dan inti juga menurun menjadi sebesar 0,22% (mtm) dan 0,19% (mtm) atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 1,17% (mtm) dan 0,38% (mtm).