Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan memberi perhatian serius terhadap kasus MERS CoV yang terus menyebar di sejumlah negara Timur Tengah, paling terkini adanya kasus baru MERS CoV di Arab Saudi.
"WHO memberi perhatian serius terhadap kasus MERS CoV," kata Tjandra Yoga Aditama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes, Selasa (19/8/2014).
Tjandra mengatakan situasi Global MERS CoV (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus), sampai pertengahan Agustus 2014 telah ditemukan 838 kasus dengan 293 kematian. Angka kematian (Case Fatality Rate 34,96 %).
Dia menuturkan negara yang terjangkit MERS CoV adalah Jordania, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Mesir, Prancis, Jerman, Italia, the United Kingdom (UK), Amerika Serikat, Tunisia, Filipina, Malaysia, Libanon, Belanda, Iran.
Tjandra menjelaskan ada 5 alasan mengapa MERS CoV kini menjadi penting, juga dalam kaitannya dengan Ebola. Kelima alasan tersebut yakni:
1. MERS CoV jelas sudah ada di Arab Saudi (dimana jamaah kita sudah dan akan banyak di sana). Juga sudah ada di Asia, Malaysia dan Filipina (dekat dengan kita). Sementara Ebola baru ada di 4 negara Afrika.
2. Angka kematian MERS CoV berkisar 30-40 %, angka yang tinggi. Ebola yang banyak diributkan, walaupun punya potensi kematian 90%, tapi data kini menunjukkan angka kematian dibawah 60%, tidak jauh berbeda dengan MERS CoV.
3. Sekitar 1 bulan lagi jamaah Haji kita sudah akan berangkat. Sekaranglah saat yang tepat bagi para calon jamaaah memeriksakan dirinya, karena kalau punya penyakit kronik maka risiko mendapat MERS CoV jadi jauh lebih tinggi. Untuk Ebola tidak ada bentuk persiapan seperti ini.
4. MERS CoV menular melalui airborne, bisa lewat batuk dan lainnya. Sedangkan Ebola baru menular kalau ada kontak langsung dengan cairan tubuh pasien.
5. Keluhan awal MERS CoV bisa relatif ringan, sehingga pasiennya dapat naik pesawat terbang dan menularkan ke sesama penumpang, atau membawa penyakitnya antara negara.
"Sedangkan Ebola jauh lebih berat gejala dan keluhannya, sehingga kemungkinan pasien Ebola naik pesawat jadi relatif amat kecil," tuturnya.