Bisnis.com, BAGHDAD— Lebih dari 2.400 warga Irak, sebagian besar dari mereka warga sipil, tewas pada Juni setelah militan Sunni menyapu wilayah utara dan memicu kekerasan terburuk di negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
Gerilyawan Sunni yang dipimpin oleh Al Qaeda di Irak dan Levant (ISIL) telah menyisir sejumlah bagian wilayah selama tiga minggu terakhir termasuk kota terbesar Irak Utara, Mosul.
PBB mengatakan aksi kekerasan tersebut menewaskan sedikitnya 2.417 warga Irak dan melukai 2.287 lainnya pada Juni. Dari mereka yang tewas, 1.531 adalah warga sipil, tambahnya.
"Jumlah korban sipil yang mengejutkan dalam satu bulan dan menjadi kebutuhan mendesak bagi semua untuk memastikan bahwa warga sipil dilindungi," ujar Perwakilan Khusus PBB Sekretaris Jenderal untuk Irak Nickolay Mladenov, Selasa (1/7/2014).
Dia melanjutkan sebagian besar negara tetap berada di bawah kendali ISIL dan kelompok-kelompok bersenjata. Menurutnya sangat penting bahwa para pemimpin nasional bekerja sama untuk menggagalkan upaya penghancuran tatanan sosial masyarakat Irak.
"Apa yang bisa dicapai melalui proses politik konstitusional tidak dapat dicapai melalui respon secara militer. Keamanan harus dipulihkan, tetapi akar penyebab kekerasan harus diatasi," katanya.
Dalam pernyataannya, Provinsi Baghdad adalah yang terkena dampak terburuk dengan 1.090 warga sipil terluka dan tewas, diikuti Provinsi Nineveh, dan Mosul yang jatuh ke tangan pemberontak pada 10 Juni.