Bisnis.com, JAKARTA - Hayat Tahrir al-Sham atau HTS berhasil melakukan perlawanan hingga membuat tumbang rezim Presiden Bashar Al-Assad pada Minggu (8/12/2024).
"Kemenangan ini, saudara-saudaraku, bersejarah bagi kawasan ini," kata pemimpin HTS Abu Mohammed al-Jolani, atau yang dikenal sebagai Ahmed al-Sharaa, dalam sebuah pidato.
Ia pun menuturkan bahwa pemberontakan ini menjadi kemenangan bagi seluruh negara Islam.
"Hari ini, Suriah sedang dimurnikan, kemenangan ini lahir dari orang-orang yang telah mendekam di penjara, dan para mujahidin (pejuang) telah memutuskan rantai mereka," lanjutnya.
Ditegaskannya bahwa Suriah di bawah Assad telah menjadi tempat bagi "ambisi Iran, tempat sektarianisme merajalela," mengacu pada sekutu Assad, Iran, dan proksi Lebanonnya, Hizbullah.
Sosok Abu Mohammed Al-Jolani
Abu Mohammed Al-Jolani merupakan seorang ekstremis yang memiliki sikap lebih melunak untuk mencapai tujuannya, salah satunya menumbangkan Bashar Al-Assad.
Baca Juga
“Ketika kita berbicara mengenai tujuan, tujuan revolusi tetaplah menggulingkan rezim ini. Merupakan hak kami untuk menggunakan segala cara yang ada untuk mencapai tujuan tersebut,” kata Jolani kepada CNN dalam wawancara yang disiarkan pada Jumat, dikutip dari Guardian Senin (9/12).
Sifat Jolani juga diamati oleh Pengamat Islam Politik Thomas Pierret, yang menyebut pemimpin HTS itu sebagai orang radikal yang pragmatis.
Jolani merupakan pemimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang disebut merupakan akar cabang dari kelompok Al-Qaeda di Suriah, yang dilabeli sebagai ekstrimis hingga teroris.
Ia telah beroperasi dari bayang-bayang selama bertahun-tahun. Kini ia menjadi pusat perhatian setelah muncul di Aleppo untuk menduduki tempat pemerintahan Al-Assad.
Sejak memutuskan hubungan dengan Al-Qaeda pada 2016, Jolani berusaha menampilkan dirinya sebagai pemimpin yang lebih moderat.
Ia juga merubah citra HTS menjadi lebih santai. Meskipun ia belum bisa menghilangkan kecurigaan dari negara-negara barat yang masih mengklasifikasikan HTS sebagai organisasi teroris yang bekerja sama dengan Al-Qaeda.
Di bawah kepemimpinannya, HTS tak lagi memakai sorban dan aksesoris Islam yang menonjol. Ia dan anggota lain memakai pakaian tentara untuk melakukan pemberontakan.
Selama serangan yang dilancarkannya pada 27 November, ia mulai menandatangani pernyataannya dengan nama aslinya – Ahmed al-Sharaa.
Pada tahun 2021, ia mengatakan kepada stasiun televisi AS PBS bahwa nama samaran yang ia gunakan mengacu pada asal usul keluarganya di Dataran Tinggi Golan.
Dirinya pun mengklaim bahwa kakeknya terpaksa melarikan diri setelah pencaplokan wilayah tersebut oleh Israel pada tahun 1967.
Berkaitan dengan ISIS dan Al-Qaeda...