Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

S&P: Perlambatan Properti Tekan Harga Rumah di China

Standar & Poor memperkirakan harga rumah di China akan merosot tahun ini akibat aksi pengembang yang memangkas harga untuk memnuhi target penjualan.
People's Bank of China /Reuters
People's Bank of China /Reuters

Bisnis.com, SHANGHAI—Standar & Poor memperkirakan harga rumah di China akan merosot tahun ini akibat aksi pengembang yang memangkas harga untuk memnuhi target penjualan.

Lembaga pemeringkat internasional yang berbasis di New York ini mengungkapkan harga rumah akan turun 5% pada tahun ini, cukup kontras dengan kenaikan harga rumah hingga 11,5% pada 2013.

Laporan yang dirilis oleh S&P itu juga menyebutkan volume penjualan akan mulai pulih pada paruh kedua tahun ini dan terus meningkat 10% pada akhir 2014. Keadaan tersebut dipicu oleh aksi pemangkasan harga para pengembang.

“Harga rumah kemungkinan terus meluncur tutun karena banyaknya persediaan di pasar. Pengembang yang kecil akan merasakan pukulan paling berat karena kapasitas pembiayaan dan penjualannya lebih lemah dibandingkan pengembang berskala besar,” kata Bei Fu, ekonom S&P di Hong Kong, Senin (9/6/2014).

Fu menambahkan beberapa kota lapis terbawah dengan keterbatasan permintaan dan pasokan yang berlebih akan mengalami penurunan harga cukup signifikan.

Kondisi perlambatan pasar properti di China semakin terlihat dengan bangkrutnya pengembang besar di Shanghai pada Maret 2014. Pasar properti China melaju ke level terlemah selama 6 kuartal pada kuartal I/2014.   

Data lainnya, SouFun Holdings Ltd., pengembang besar di China, juga melaporkan harga rumah turun 0,3% pada Mei 2014 dari April tahun lalu, penurunan bulanan pertama kalinya sejak Juni 2012.

Kondisi tersebut tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk meredam gelembung properti yang menyebabkan harga rumah menjadi tidak terkontrol. Tetapi, sejumlah ekonom meyakini upaya pemerintah tersebut justru mengakibatkan penjualan rumah dan konstruksi properti terjun bebas dan menjadi beban bagi ekonomi China.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper