Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perekonomian China Lesu, Harga Properti Stagnan

Harga rumah baru di China melaju lambat pada April tahun in, meski developer menawarkan diskon di tengah lesunya ekonomi.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, SHANGHAI - Harga rumah baru di China melaju lambat pada April tahun in, meski developer menawarkan diskon di tengah lesunya ekonomi.

Kondisi tersebut sekaligus mengindikasikan kebutuhan pelonggaran kebijakan properti di beberapa kota.

Pemerintah mengumumkan harga rumah baru tumbuh di 44 kota dari 70 kota yang tersebar di China pada April 2014, kenaikan terkecil sejak Oktober 2012. Padahal, pada Maret lalu, kenaikan harga rumah baru terjadi di 56 kota.    

Badan Pusat Statistik China mencatat rata-rata kenaikan harga rumah baru hanya meningkat 6,7% pada April year-on-year (yoy), kontras dengan kenaikan rata-rata rumah baru pada Maret 7,7%. Jika dibandingkan month-on month (mom), harga rumah baru tumbuh 0,1% pada April, melambat dari kenaikan Maret tahun ini yaitu 0,2%.

Adapun, harga rumah di Beijing hanya tumbuh 0,1% dari Maret 2014, Shanghai naik 0,3% sedangkan harga rumah baru di Hangzhou justru terpangkas 0,7% pada April tahun ini.

“Kita masih membutuhkan relaksasi kebijakan hingga beberaoa bulan mendatang seiring dengan komitmen pemerintah yang ingin memberikan insentif bagi pasar properti China,” ucap Ding Shuang, ekonom senior Citigroup Inc, Minggu (18/5/2014).

Selain memberikan insentif, tambah Shuang, pemerintah harus melonggarkan kebijakan pembatasan pembelian rumah untuk memacu permintaan.

Sebelumnya, People Bank of China  (PBOC) menghimbau perbankan untuk mengakselerasi pemberian kredit perumahan setelah penjualan rumah dan konstruksi properti berkontribusi signifikan terhadap perlambatan ekonomi China hingga 7,4% pada kuartal I/2014.

Menurut China Real Estate Information Corp., sejumlah developer perumahan antara lain China Vanke Co. dan Greentown telah memangkas harga rumah sejak Maret tahun ini untuk melecut kenaikan penjualan rumah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri
Sumber : Bloomberg/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper