Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emerging Market Masih Jadi Penyelamat Krisis Global

Kemampuan pasar negara berkembang sebagai penyelamat ekonomi global dari ksisis dinilai masih belum padam, kendati tengah mengalami penurunan atau terhambat sementara.
ilustrasi/bisnis.com
ilustrasi/bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Kemampuan pasar negara berkembang sebagai penyelamat ekonomi global dari ksisis dinilai masih belum padam, kendati tengah mengalami penurunan atau terhambat sementara.

Pendapat tersebut dipaparkan oleh para ekonom Standard Chartered dalam analisis ekonomi globalnya yang dilansir awal November. Menurut mereka, ekonomi dunia masih mengalami tren ‘siklus super’ pertumbuhan tinggi yang bertahan selama 1 generasi.

Berdasarkan paparan itu, siklus pertumbuhan tersebut merupakan fenomena langka yang terakhir kali terjadi antara 1870-1913 sebelum Perang Dunia I. Siklus kedua terjadi antara 1946-1973 setelah Perang Dunia II.

Para ekonom memprediksi perekonomian dunia akan kembali melambung pada level rata-rata tahunan 3,5% antara 2000-2030, atau tiga kali lebih cepat dari yang terjadi pada 3 dekade sebelumnya.

Namun, estimasi tersebut kembali dipertanyakan tahun ini setelah emerging market terutama China, mengalami perlambatan. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) juga memprediksi pertumbuhan global tahun ini mencapai rekor terlemah sejak 2009.

Hal tersebut ditandai dengan anjloknya indeks MSCI negara berkembang sebanyak 4% tahun ini, di tengah peningkatan indeks MSCI dunia 19% selama periode yang sama.

Para ekonom Standard Chartered sendiri mengoreksi proyeksi pertumbuhan China dan India, tapi mereka masih memprediksi laju pertumbuhan ekonomi global akan terakselerasi dalam 3 tahun ke depan setelah negara berkembang mengalami perbaikan struktural sehingga perekonomian mereka lebih produktif.

Mereka memperkirakan pertumbuhan rata-rata tahunan China masih akan bertahan pada level 7% hingga 2020 dan 5,3% antara 2021-2030. Pada 2022, raksasa Asia Timur tersebut digadang-gadang menggantikan Amerika Serikat selaku ekonomi terbesar dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper