Bisnis.com, BATAM – Pengurus Unit Kerja (PUK) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) yang ada di PT Siemens Hearing Instruments mengklaim aksi mogok kerja yang mereka lakukan telah menyetop aktivitas produksi di perusahaan itu hingga 80%.
Deasy Rosita, Ketua PUK FSPMI Siemens Hearing Instruments meyakini aksi mogok kerja mereka telah memengaruhi aktivitas produksi di perusahaan tersebut.
“Perusahaan pasti terpengaruh mogok kerja ini. Dari sekitar 600 orang karyawan yang ada, 300 lebih diantaranya ikut aksi,” katanya.
Atep Budiman, Koordinator Aksi menjelaskan, sebagian dari para karyawan yang ikut mogok kerja adalah para operator pada berbagai pekerjaan yang spesifik atau tidak dapat begitu saja bisa diambil alih oleh karyawan yang lain.
Sehingga dari pengamatannya, akivitas produksi yang masih dilakukan oleh perusahaan yang sudah beroperasi 13 tahun di Batam itu hanya tinggal 20% dari normal.
Karena itu dia menilai dalam waktu yang tidak terlalu lama aksi mogok ini akan berdampak lebih besar terhadap produksi perusahaan secara keseluruhan, terlebih Siemens di Batam tergolong sangat vital bagi grup perusahaan tersebut.
PT Siemens Hearing Instruments di Batam melakukan dua kegiatan produksi yang berkaitan dengan perlengkapan alat dengar, yakni pembuatan produk baru dan proses perbaikan (servis).
Pembuatan produk alat dengar baru bukan saja dilakukan di Batam tetapi di sejumlah pabrik Siemens lainnya di negara lain. Namun berbeda dengan aktivitas perbaikan.
“Service dari seluruh negara dikumpul di sini. Jadi di seluruh dunia, Siemens Hearing, service center ada di Batam,” kata Atep.