Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Kedelai Naik, Pemkab Malang Cuma Bisa Pasrah

Bisnis.com, MALANG - Pemerintah Kabupaten Malang, Jawa Timur, tidak berdaya mengatasi kenaikan kedelai karena tidak ada alokasi untuk pemberian subsidi kepada perajin tempe dan tahu dalam APBD 2013 pemda tersebut terkait dengan naiknya harga komoditas

Bisnis.com, MALANG - Pemerintah Kabupaten Malang, Jawa Timur, tidak berdaya mengatasi kenaikan kedelai karena tidak ada alokasi untuk pemberian subsidi kepada perajin tempe dan tahu dalam APBD 2013 pemda tersebut terkait dengan naiknya harga komoditas tersebut.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pasar Kabupaten Malang Helianti Kuntari mengatakan kebutuhan kedelai 150 perajin tahu dan tempe di daerah tersebut mencapai 6.000 ton per tahun.

“Kalau subsidinya Rp1.000 per kg, maka nilainya sudah mencapai Rp6 miliar. Pemkab Malang tidak mampu memberikan subsidi sebesar itu,” kata Kuntari di Malang, Kamis (12/9/2013).

Karena itulah, agar harga tetap terbeli perajin di Malang, maka jika kedelai impor sudah direalisasikan segera dapat didistribusikan ke daerah tersebut. Dengan demikian, maka kelangsungan usaha perajin tempe dan tahu bisa terjamin.

Harga kedelai di Kab. Malang saat ini mencapai Rp9.357 per kg. Dengan harga sebesar, jelas memberatkan perajin.

Namun, di tengah situasi seperti itu, perajin tahu dan tempe di daerah tersebut tetap berusaha eksis, tetap bisa berproduksi. Caranya dengan mengurangi ukuran tahu dan tempe.

Dengan cara itu, pengurangan ukuran dilakukan agar perajin tidak merugi. Namun dengan tingginya harga kedelai, maka keuntungan yang diterima perajin menjadi berkurang.

Praktik yang sama juga dilakukan perajin tempe dan tahu di Kota Malang. Agar mereka tetap bertahan untuk berproduksi di tengah tingginya harga kedelai, maka perajin tahu dan tempe di daerah tersebut mengurangi ukurannya sampai 30%.

Ketua Primer Koperasi Perajin Tahu Tempe (Primkopti) Bangkit Usaha Kota Malang, Chamdani mengatakan sampai saat ini tidak ada perajin tempe dan tahu di kota tersebut yang berhenti beroperasi meski harga kedelai naik tajam.

“Untuk bisa bertahan, maka kami mengurangi ukuran tahu dan tempe antara 20%-30%. Pengurangan ukuran 20% untuk tempe, sedangkan tahu 30%,”

Dengan pengurangan ukuran sebesar 20%, perajin sebenarnya mengurangi keuntungan karena kenaikan kedelai mencapai 25% bila dibandingkan sebelum H-7 Lebaran lalu. Perajin bisa bertahan, karena konsumen tahu dan tempe di Kota Malang sangat fanatik. Tahu dan tempe tidak bisa diganti lauk lain.

Karena itulah, meski harga ikan turun tidak mengancam mengancam pasar tahu dan tempe di Kota Malang. Meski begitu, perajin tempe di Kota Malang, Jawa Timur, mengharapkan harga kedelai segera stabil.

Harga kedelai yang tidak stabil, menyulitkan perajin tahu dan tempe. Pasalnya, perajin akhirnya tidak bisa mematok harga yang pasti. Dampaknya, mereka merugi, setidaknya keuntungan yang diterima menjadi berkurang. (k24)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper