Bisnis.com, JAKARTA—Perkembangan teknologi robot semakin moncer di Tanah Air beberapa tahun belakangan. Bukan hanya ilmuwan dan mahasiswa, anak-anak pun tak sedikit yang mahir membuat robot.
“Pendidikan robot sudah banyak diberikan untuk anak-anak, sekolah robot pun ada,” kata Direktur Sekolah Robot Indonesia (Sari) Yohanes Kurnia kepada Bisnis, Sabtu (31/8/2013).
Dia mengaku Sari yang didirikan sejak 2007 sudah banyak meluluskan siswa sekolah robot. Para siswa sekolahnya kebanyakan berasal dari anak usia TK hingga sekolah menengah.
Awalnya, Sari yang berlokasi di Jakarta Barat hanya memanfaatkan barang-barang bekas untuk membuat robot. Namun, kini mereka sudah bisa merancang dan mewujudkan robot humanoid.
“Awalnya sih berangkat dari keprihatinan saja bahwa teknologi robot di Indonesia belum berkembang,” jelasnya.
Para siswa sekolah robot miliknya akan mendapat kurikulum sesuai dengan tingkatan sekolah. Yohanes menyebutkan kurikulum sengaja diatur hanya untuk periode 1 tahun lantaran perkembangan teknologi robot sangat pesat.
Pihaknya harus menyesuaikan perkembangan tersebut karena kebanyakan robot didesain untuk fungsi aplikatif. “Kurikulum untuk anak-anak tentu kami berikan berbeda. Ada periode 1 tahun, 1 semester, per minggu ada juga yang per hari,” imbuhnya.
Selain menyediakan pendidikan selama 1 tahun, Sari juga membuka sekolah robot dengan tarif per pertemuan. Rata-rata siswa dikenakan biaya Rp25.000 hingga Rp50.000 untuk pertemuan dengan durasi 1-3 jam.
Meski begitu, dia menyebutkan sekolahnya cukup fleksibel menyesuaikan dengan permintaan siswa. Setiap pelajaran yang diberikan akan disesuaikan dengan minat dan proyek yang diinginkan siswa. Siswa akan dinyatakan lulus manakala berhasil menyelesaikan proyek tersebut.
Sari juga menyediakan berbagai peralatan pendukung. Mulai dari alat mekanik sederhana hingga micro controller yang lebih rumit. Mereka bekerja sama dengan salah satu perusahaan asing untuk menyediakan peralatan tersebut di Indonesia.
Lantas apa kendala mengajarkan teknologi robot kepada anak-anak? “Ya biasanya mereka hanya ingin instan, banyak juga dari anak-anak yang inginnya membuat robot seperti di film,” ujar Yohanes.