Bisnis.com, BATAM – Kadin Provinsi Kepulauan Riau mengungkapkan sejumlah faktor yang menekan kondisi ekonomi Kota Batam disamping pelemahan nilai tukar rupiah.
Paulus Amat Tantoso, Wakil Ketua Bidang Perdagangan Kamar dan Industri (Kadin) Provinsi Kepulauan Riau, mengungkapkan situasi perekonomian Kota Batam diproyeksikan akan mengalami kontraksi signifikan dalam beberapa bulan ke depan.
Tidak hanya karena terhentinya aktivitas importasi akibat ketidakstabilan nilai tukar, tapi juga karena faktor lain.
“Pada Oktober – November mendatang akan dimulai pembahasan upah minimum Kota Batam 2014, dan ini sudah pasti akan menyedot energi dan perhatian dari para pengusaha seperti tahun sebelumnya,” kata Amat, Rabu (28/8/2013).
Selain itu, keterbatasan pasokan barang terjadi karena potensi musim Angin Utara yang akan terjadi pada Oktober – November mendatang.
Pada saat itu, nelayan memutuskan untuk menghentikan penangkapan ikan dan harga ikan dipastikan naik.
“Saat musim Angin Utara biasanya mengakibatkan terhambatnya pasokan sehingga supply – demand tidak lancar, dan berujung pada ketidakstabilan harga. Jika ini terjadi, maka kenaikan upah sama sekali tidak ada artinya.”
Untuk mengatasi potensi masalah tersebut, Kadin Kepri mengusulkan kepada pemerintah daerah agar mulai menyiapkan sistem logistik daerah yang menyediakan gudang penyimpanan bahan kebutuhan pokok di pasar – pasar tradisional.
“Pergudangan ini dikelola oleh BUMD, dan fungsinya untuk menjaga stabilitas harga barang pada saat harga mulai merangkak naik,” ujarnya.
Kemudian mengantisipasi kemerosotan Rupiah yang semakin parah, Amat menyarankan pemerintah segera menerapkan aturan UU Nomor 7 Tahun 2012 tentang Mata Uang terutama bagi aktivitas perdagangan dan ritel yang masih menggunakan transaksi mata uang asing.
Di Batam saat ini jasa pergudangan, sewa ruang di mall, property, dan barang konsumtif masih menggunakan Dolar Singapura. Dengan kurs yang semakin tinggi, sudah pasti para tenant semakin berat.