isnis.com, SYDNEY – Jelang pemilihan Australia pada 7 September, jajak pendapat mengungkapkan sinyal bahwa pimpinan koalisi Liberal-Nasional Tony Abbott berpeluang besar menggantikan Kevin Rudd sebagai Perdana Menteri.
Menurut sebuah polling Herald-Nielsen yang dilansir harian Sydney Morning Herald pada Sabtu (24/8/2013), dukungan bagi koalisi meningkat 53% pada pekan ini dari 52% pada pekan lalu, sementara pendukung Partai Buruh justru merosot 1 poin menjadi 47%.
Pemilih yang mendukung Rudd kembali sebagai Perdana Menteri merosot menjadi 48% dari 50%, sementara pendukung Abbott justru naik menjadi 45% dari 42%.
Bagaimanapun, Abbott masih merasa belum cukup yakin hasil jajak pendapat tersebut akan menjamin kemenangannya dalam pemilu yang semakin mendekat itu.
“Saya tidak percaya pada jajak pendapat itu. Ini adalah sebuah perlombaan yang teramat ketat. Jalan bagi kampanye masih sangat panjang,” ujar Abbott pada para reporter di Adelaide, Sabu (24/8/2013).
Janji-janji manis Rudd dan Abbott selama kampanye pemilu akhir-akhir ini dinodai oleh isu turunnya pendapatan pemerintah, yang mendesak kedua kandidat untuk menekankan pada manajemen ekonomi sebagai agenda utama kampanye mereka.
Pemerintahan Partai Buruh menekan pihak koalisi untuk merilis detail dari biaya kebijakan mereka, termasuk proposal sistem cuti orang tua yang diajukan oleh Abbott.
Jajak pendapat Nielsen melibatkan 2.545 pemilih melalui wawancara via telepon selama 18—22 Agustus, dengan margin kesalahan sebesar 1,9%.
Jika level dukungan bagi masing-masing partai dalam polling tersebut terus bertahan hingga pemilu, Partai Buruh akan kehilangan 10 kursi dari total 150 kursi di Parlemen Australia.
Sementara itu, pihak koalisi hanya membutuhkan 4 kursi lagi untuk membentuk pemerintahan Abbott selaku Perdana Menteri.