Bisnis.com, KABUL – Pemimpin Taliban Mullah Mohammad Omar diduga mengatakan kelompok militan di Afganistan itu bersedia memulai perundingan damai, meskipun pihaknya masih melancarkan serangan untuk mengusir pasukan asing dari negara tersebut.
Dalam sebuah e-mail panjang yang ditulis pada Selasa (6/8/2013), Omar ingin warga Afgan memboikot pemilihan umum yang dijadwalkan pada awal 2014 dan mendesak personel kepolisian, tentara, dan paramiliter untuk mengarahkan senjata mereka pada pasukan asing dan pasukan pemerintah Afgan yang berkoalisi dengan Amerika Serikat.
Pada perkembangan terpisah, anggota individu dari Dewan Perdamaian Afgan—kelompok yang ditunjuk oleh Presiden Hamid Karzai untuk bernegosiasi dengan Taliban—mengatakan pihaknya telah mengadakan pembicaraan rahasia dengan para militan itu untuk mencapai momentum perdamaian yang telah lama diharapkan.
Akan tetapi, juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid mengatakan pernyataan tersebut adalah sebuah kebohongan yang sengaja dibuat untuk menghalangi pesan penting Taliban untuk hari raya Idul Fitri.
“Dewan Perdamaian ingin agar kantor mereka tetap dibuka dan uang mereka tetap mengalir. Itulah mengapa mereka menyebarkan propaganda semacam itu,” ujar Mujahid, sebagaimana dikutip oleh Los Angeles Times pada Rabu (7/8/2013).
Dia mengatakan Taliban tidak punya keinginan untuk bernegosiasi dengan pemerintah boneka di Kabul. “Kami tidak memiliki kontak dengan mereka, baik secara individu maupun kelompok,” tegas Mujahid.
Omar—yang kepalanya dibanderol US$10 juta—telah mengirimkan pesan singkat jelang Idulfitri selama beberapa tahun terakhir. Dalam surat terbarunya sepanjang 5 halaman, Omar mengatakan Taliban baru-baru ini mendirikan kantor di Doha, Ibu Kota Qatar, untuk mengusir pasukan asing dari Afganistan dan membentuk pemerintahan berdasar hukum Islam.
“Kami tidak berpikir untuk menguasai kekuatan. Bagi mereka yang benar-benar mencintai Islam dan [Afganistan], serta berkomitmen untuk keduanya, tanah ini adalah milik mereka,” ujar Omar.
Di dalam suratnya, Omar juga menyambut kedatangan organisasi kemanusiaan ke Afganistan selama mereka tidak menggunakan cara-cara nonmuslim terhadap warga Afgan.
Pada Mei, sebuah serangan bom bunuh diri yang ditujukan untuk kantor Palang Merah di Jalalabad dikutuk keras oleh dunia dan menyebabkan organisasi kemanusiaan itu menghentikan operasinya di negara yang tengah dirundung kemelut itu.
Akan tetapi, Taliban mengaku tidak bertanggung jawab atas serangan yang telah menyebabkan 1 orang penjaga Afgan tewas itu.